Jumat, 12 Agustus 2011

RESENSI PERANG EROPA (JILID III)


JUDUL  BUKU                      : PERANG EROPA (JILID III)
PENGARANG                        : P.K. OJONG
TAHUN TERBIT                   : 2006
KOTA TERBIT                      : JAKARTA
PENERBIT                             : KOMPAS
JUMLAH HALAMAN           : 394

Persiapan Operasi Overlord
Kita telah mengikuti pendaratan Sekutu Inggris-Amerika di Afrikia Utara akhir 1942, kemudian pendaratannya di Pulau Sicilia, lalu di daratan Italiaa lewat pantai Anzio dan Salerno dalam tahun 1942. Kita pun telah mengikuti sukses Rusia mengusir tentara Nazi dari wilayah Soviet, sampai Tentara Merah memasuki Polandia dan mendaak berhenti di depan kota Warsawa karena membantu pemberontakan penduduk kota itu terhadap Jerman juga di Balkan terus terjadi pertempuran antara gerilya Tito dengan tentara Jerman.
Overasi Overlord merupoakan puncak dari seri-seri pertempuran yang terjadi dalam peperangan untuk mengalah kan Hitler, Mussolini, dan militer Jepang. Di mana-mana kekuasaan dan kekuatan pihak Poros/Axis sudah merosot. Marsekal Rommel telah dihalau dari Afrika Utara; ancamn invasi Jepang di India telah buyar, bahkan Inggris berniaty untuk menyerbu Burma yang digunakan Jepang sebagai pangkalan; dan Soviet Rusia telah bersih dari tentaa Nazi. Kini dalam bulan juli 1944 akan tercapai klimaks atau puncak dari peperangan besar ini, bukan lagi sekedar dengan menggerogoti pertahanan atau kekuatan Axis, melainkan untuk mematahkan pertahanan inti (inner defences) Jerman dan Jepang.
Namun meskipun Jerman telah lema, dan Sekutu semakin kuat, pelaksanaan Operasi Overlord tidaklah mudah. Pengambilan keputusan untuk melakukan operasi ini pun harus melewati perdebatan seru. Namun “perang mulut” ini terjadi di belakang pintu tertutup dan bau diketahui tatkala perang sudah selesai.
Keputusan dalam debat ini jatuh di Teheran, Iran, di mana dalam bulan Novembebr 1943 Churchill, Roosevelt, dan Stalin brundign. Ketikan Stalin mengetahui tentang adanya perbedaan pendirian di kalangan Sekutu itu, Stalin yang cukup cerdik mengelus-elus Roosevelt dan mengadu domba kedua pihak, Amerika dengan Inggris, secara halus. Sebab Stalin yang juga melihat jauh kedepan, sudah tentu tidak tenang kalu sekutu sampai mendarat di Balkan yang sudah di tentukan olehnya sebagai wilayah tempat ia akan menanamkan pengaruhnya setelaherang Dunia II berakhir.
Segera setelah Konferensi di Teheran selesai, maka atas desakan Stalin diumumkan dalam bulan Desember 1943, bahwa yang akan memimpin operasi pendaratan di Eropa Barat ialah Jenderal Dwight Eisenhower. Dengan diumumkannya nama ini, maka Stalin mendapa jaminan bahwa Sekutu Inggris-Amerika tidak akan berubah pendiria lagi. Sebagai imbalan, Stalin memberi janji akan menyatakan perang kepada Jepang, begitu Hitler sudah di kalahkan. Dengan janji ini Roosevelt girang sekali.
Apa arti pelabuhan ? Pelabuhan adalah sebidang laut yang tenang airnya, untuk memungkinkan kapal memuat atau menurunkan muatannya dekat apda dermaga (kade). Tujuan Sekutu tercapai: kedua pelabuhan buatan ini memungkinkan Sekutu mendatangkan senjata dan perbekalan lainnya dengan cepat, tanpa perlu merebut pelabuhan Cherbourg. Mulberry ini merupakan “suatu surprise yang komplet” bagi orang Jerman. “Mulberry ini telah mengacaukan seluruh rencana pertahanan yang disusun sejak awal oleh Jerman di Pantai Atlantik.

Menjelang Pendaratan Sekutu di Normandia
Kalau mengangkut hampir tiga juta manusia dari Inggris ke Prancis dalam waktu singkat di masa damai pun membutuhkan suatu organisasi raksasa, apalagi dalam waktu perang.
Hampir tiga juta manusia itu tidak datang sebagai pelancong, yang hanya menjinjing kopor pakaian. Bagi pasukan yang akan mendarat itu harus disediakan perbekalan, kendaraan perang seperti jeep, tank, truk, dan sebagainya. “Setiap individu dan setiap kendaraan telah menjadi bagian dari suatu jigsaw raksasa yang diberantakan ketika penyebrangan Selat Channel, tapi setiba di pantai Normandia harus disusun kembali dalam waktu singkat.
Ketika Inggris jauh sebelum D-Day sibuk mengumpulkan keterangan tentang pantai Perancis  yang akan menjadi sasaran, maka datanglah kabar dari seorang penasehat ilmiah staf Montgomery, bahwa pantai itu mengandung tanah liat. Tapi orang Inggris tidak putus asa. Rencana pendaratan tidak diubah. Mereka terus mencari akal. Seorang Inggris yang bernama Hobbart menciptakan sebuah alat baru. Dengan alat ini, maka setiap tank yang mendekati dan kemudian melewati tanah liat, dapat bergerak terus. Tetapi setelah lewat, tank istimewah itu meninggalkan semacam “tikar” dari baja, sehingga dengan adanya “tikar baja” ini maka tank-tank lain yang menyusul kemudian tidak kandas lagi di tanah liat itu.
Sekutu pun tidak tahu persis, apakah rahasia sekitar pendaratan ini (tempat dan tanggalnya) akan tetap terjaga sampai saat terakhir : Klau ini bocor, maka kemungkinaan Sekutu gagal akan lebih besar atau malaj pasti gagal. Makin dekat tanggal pendaratan, makin besar vpula ketegangan, akan dapatkah rahasia itu terpelihara terus? Pada tanggal 28 Mei barulah diberitahukan kepada sejumlah perwira tinggi bahwa D-Day adalah pada tanggal 5 Juli 1944. Mulai saat itu semua orang yang akan terlibat dalam pendaratan hari pertama, ‘disimpan” dalam kapal-kapal mereka atau dalam kamp-kamp tertutup. Segala hubungan dengan dunia luar diputus. Surat-surat dengan pos pun dihentikan.
Selesai tanya jawab keadaan menjadi sunyi senyap di ruang sidang itu. Tiada orang yang berani memecahkannya. Lima menit lamanya berlangsung keheningan itu. Jenderal Eisenhower pun sedang berpikir. Dalam keadaan tegang ia menimbang segala faktor. Akhirnya ia berdiri dan ketegangan lenyap dari mukanya. Dengan pendek ia berkata : “Well, we`ll go!” “Kita akan berangkat besok”.
Antisipasi Jerman Menghadapi Eisenhower
Dalam tulisan yang lalu telah kita ikuti persiapan Sekutu untuk mendarat di Normandia. Sebelum masuk pada pelaksanaan Operasi Overlord, kita melihat dulu apa yang terjadi dan diperbincangkan di kalangan Jerman untuk menyambut kedatangan Sekutu yang tidak diinginkan.
Perkataan ‘kedatangan yang tidak dinginkan” itu kedengarannya sangat wajar. Namun itu tidak seluruhnya benar. Ketika dalam bulan Desember 1943 Hitler melalui mata-matanya mendengar bahwa pertemuan Stalin-Roosevelt-Churchil di Teheran memutuskan untuk  membuka front baru di Eropa Barat pada permulaan tahun 1944, maka berita itu bukanlah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Hitler.
Pasukan tertinggi selain Hitler yang akna memimpin pasukan Jerman di Eropa Barat ialah Marsekal Gerd von Rundstedt, seorang Jenderal kawakan. Tapi yang akan melaksanakan pertahanana di Normandia adalah Marsekal Erwin Rommel, yang mendapat kepercayaan Hitler sebagai perwira Jerman yang paling populer waktu itu.
Normandia Diserbu dari Laut dan Udara 
Segera setelah Eisenhower pada pukul 04.15 pagi tanggal 5 Juni memutuskan : “Well, we`ll go!”, maka Operasi Overlord pun dilaksanakan. Operasi ampibi terbesar dalam sejarah, denga dukungan armada terdiri tak kurang dari 5.333 kapal perang, kapal pengangkut, termasuk kapal pendarat.
Para anggota pasukan yang merasa tidak enak badan menelan pil anti-mabuk laut. Suasana tegang terasa sekali. Instruksi atasan utuk menutup mulut, memegang rahasia pendaratan, begitu mengesankan, sehingga dikapal pun para prajurit hanya berbicara berbisik-bisik, seolah-olah takut terdengar oleh pihak Jerman.
Kini kita saksikan usaha pendaratan dari laut. Pantai Normandia dibagi-bagi dan diberi kode nama Utah dan Omaha untuk bagian yang didarati tentara Amerika, serta Gold, Yuno, serta Sword sebagai tempat sasaran serbuan divisi-divisi Inggris. ‘Yang pertama kutemukan adalah sebidang tanah datar yang hancur akibat penembakan meriam kapal perusak tadi. Tapi mana keenam meriam raksasa kaliber 155 mm itu? Tidak ada! Yang ada Cuma meriam tiruan dari....kayu! ternyata orang Jerman telah memindahkan meriam-meriam mereka memerapa hari sebelumnya D-Day ke suatu tempat lain, tapi belum sempat memasangnya. Menurut Bradley,  keenam meriam itu diketemukan dalam sebuah kebun apel, 1.200 yard dari tempat semula. Ternyata itu meriam Perancis yang panjang, mudah dipindahkan dan dapat menembak sejauh 20.000 yard. Dengan meriam itu baik  pantai Utah dan Omaha dapat dikuasai Jerman. Banyak peluru tersedia, tapi tak satu pun keburu dipakai. Meriam itu dihancurkan dan awaknya dibuat tak berdaya.
Demikianlah sukses gilang dari Letkol Rudder dan Ranger-nya. Kalau ia tidak berhasil dan meriam-meriam 155 mm itu tidak dipindahkan Jerman, dapat dibayangkan akibatnya terhadap Omaha dan Utah.              
Reaksi Jerman di Normandia Terlambat
Sebelum mengikuti perkembangan di front, kita mengintip sebentar di belakang layar untuk mengetahui pendirian sebagian Jenderal-Jenderal Jerman terhadap invasi Sekutu dan juga terhadap Hitler. Kita maksudkan adalah komplotan di tangan tentara Jerman untuk menggulingkan Hitler, yang sudah lama sebelum Eisenhower menginjak pantai Normandia dalam bulan Juni 1944. 
Pusat dari komplotan itu terdapat di kalangan staf umum (general staff), jadi dijantung pertahanan Jerman sendiri. Ini tidak mengherankan. Sudah dalam tahun 1938 Jenderal Ludwig Beck, Kepala Staf Umum Jerman sudah khawatir melihat dicaploknya Australia oleh Hitler. Beck juga tidak berhasil menahan agresi Hitler terhadap Cekoslovakia, sehingga dia berhenti dari jabatannya, atas permintaan sendiri. Peranan Beck diganti oleh Jenderal Franz Halder. Ia pun hendak mencegah bencana yang Hitler yang hendak letuskan. Suatu komplotan untuk merebut kekuasaan dari tangan Hitler tersusun tahun 1938. Seorang sipil, Dr. Goerdeler pun turut serta. Ia mantan Walikota Leipzig yang berhenti karena tidak mau membantu politik Nazi Hitler. Dalam bulan September 1938 “suasana umum untuk mengadakan coup d`etat  sangat baik. Pidato-pidato edan dari Hitler, ancaman-ancamannya yang gila terhadap Cekoslovakia, dan propaganda serta provokasi yang dilakukannya untuk membangkitkan gejolak kaum minoritas Jerman di Cekoslovakia semakin gencar dilakukan. Padahal semual soal minoritas Jerman itu hampir tak dikenal oleh publik di Jerman – semua ini melahirkan perasaan di kalangan rakyat Jerman ke dalam peperangan.
Hitler Datang ke Front Perancis
Jenderal Jerman Hans Speidel yang dikemudian hari menjadi pemimpin tentara Republik Federasi Jerman atau Jerman Barat, menilai bahwa dari tanggal 9 Juni, jadi hanya tiga hari setelah Sekutu mendarat di Normandia, maka “inisiatif terletak di tangan Sekutu”.
Tidak cukup tempat untuk menguraikan pertempuran kecil maupun besar yang berkembang sesudah tanggal 9 Juni itu. Cukup bila dikatakan, bahwa tujuan Sekutu kini semakin jelas bagi pihak Jerman. Pertama, Sekutu hendak memotong,  mengisolasi Semenanjung Contentin di mana terletak kota-pelabuhan Cherbourg. Kedua, Sekutu selanjutnya maju ke Paris. Kota ini ditilik dari kepentingan militer tidak penting, tetapi dari sudut psikologis nilainya tinggi sekali. Dalam sejarah Perancis terbukti bahwa pihak “yang menguasai Paris berarti menguasai seluruh Perancis”. Setrategi Hitler sampai sejauh ini hanyalah mementingkan pertahanan garis pertama di sepanjang pantai. Inilah yang selalu di tekankan dan di perkuat Hitler. Pertahanan bagian pedalaman dari Perancis tidak di perhatikannya. Garis pertahanan pertama itu menurut Hitler harus di pertahankan mati-matian, sehingga Sekutu tidak akan sanggup menerobos garis dari pantai itu. Hitler tidak mau menyediakan garis pertahanan lapisan kedua atau ketiga di bagian pedalaman Perancis, dengan timbangan berikut : “Begitu dibentuk suatu agris pertahanan baru di belakang front yang sedang menyala, maka jenderal-jenderal saya semuanya tebtu segera berpikir akan mundur ke garis pertahanan baru itu,” demikian pendapat Hitler yang nyata sekali mencerminkan ketidakpercayaan terhadap para Jenderalnya.
Pendaratan Sekutu di Perancis Selatan   
Pendaratan Sekutu yang kedua di Perancis terjadi pada tanggal 15 Agustus 1944. Masa tiga minggu sejak tanggal itu merupakan “salah satu babakan paling dramatis di medan perang Eropa”, yang dapat di bandingkan denagn masa genting dalam bulan Mei-Juni 1940 ketika Jerman menang terus-menerus dan Sekutu akan kehilangan akal serta kepercayaan dirinya.
Memang demikianlah keadaannya. Dalam tiga minggu dibalik Agustus itu di berbagai wilayah terjadi hal-hal yang menggoncangakn. Di perancis Utara, tentara Eisenhower menerjang ke arah sungai Rhine sampai di Belgia, setelah membebaskan dua ibu kota ; Paris dan Brussels. Di Italia, Jenderal Alexander menyerang dengan hasil-hasil awal yang baik. Di Perancis Selatan, divisi-divisi Amerika dan Perancsi mendarat di Timur Marseille dan maju cepat ke arah Lyon, untuk kemudian bertemu dengan tentara Sekutu yang mendarat di Normandia. Dengan peristiwa ini usailah sudah masa pendudukan Perancis oleh tentara Jerman. Di medan perang Eropa Timur; tentara Rusia dari Rumania menyerbu ke Yugoslavia, dan kemudian ke Bulgaria. Tegasnya, baik di barat, selatan (Italia) maupun di Timur, Hitler mendapat pukulan-pukulan hebat. Kini perhatian kita di perpusatkan pada perkembangan di Perancis selatan. Berlaina dengan pendaratan di Normandia, seaklia ini kedatangan Sekutu tidak merupakan kejutan, baik bagi Jeraman maupun bagi penduduk Perancis Selatan sendiri. Jauh hari sebelumnya, sudah tersiar kabar diantara penduduk sipil di Perancis Selatan, bahwa Sekutu akan mendarat pada ‘Hari Napoleon’, yaitu tanggal 15 Agustus.
Pembalasan Totaliterisme Hitler terhadap Invasi Sekutu        
Perang merupakan sesuatu yang terkutuk. Meskipun dilakukan dan dilaksanankan dalam garis-garis yang telah ditentukan oleh hukum perang, perang harus tetap dihukum. Akan tetapi bila garis-garis itu pun dilanggar, maka tak cukuplah istilah itu atau perbendaharaan kata-kata untuk menghukum tindakan demikian.
Dalam hubungan invansi sekutu di Perancis, kita akan meninjau dua tindakan Nazisme Jerman yang melanggar perikemanusiaan, yaitu kekejamannya terhadap penduduk sipil di Perancis, dan penggunaan senjata rahasianya, roket V-1,yang dilepaskan dari pantai Perancis Utara ke arah kota London sebagai pembalasn terhadap pendaratan Eisenhower.
Inti dari masalah ini adalah bahw totaliterisme Jerman bertolak dari pikiran pokok bahwa tindakan itu baginya merupakan bagian perang total, di mana bukan saja kaum militer, melainkan setiap benda dan setiap orang menjadi faktor atau memegang peranan untuk memenangkan atau membuat kalah dalam peperangan itu.


Komplotan Membunuh Hitler
Akhir tahun 1942, zaman kemenangan gilang-gemilang dalam politik dan kemiliteran sudah meninggalkan Jerman. Di Stalinggrad saja satu divisi lengkap dengan seorang marsekal, 24 jenderal, 2.500 perwira dan 90.000 prajurit menyerah dan ditawan tentara Rusia. Di Afrika Utara, gerak maju pasukan Rommel yang semula mengandung begitu banyak harapan, telah kandas dalam pertempuaran di E1 Alamein. Di Eropa Barat ancaman pendaratan tentara Sekutu makin hari makin terasa.
Dalam keadaan yang suram ini, hanya tinggal satu cara yang dapat menyelamatkan Jerman dari kemusnahan dan kekalahan total: Hitler dengan kawan-kawannya harus diakhiri.
Jauh sebelum ada tanbda-tanda keretakan dalam pusat kekuasaan Hitler, di kalangan tokoh militer angkatan lama sudah tampak gerajan yang berhasrat untuk merebut kekuasaan dari tangan Hitler, Gerakan ini berpusat pada kalangan perwira tinggi angkata darat pimpinan Jenderal Ludwig  Beck, mantan Kepala Staf Angklatan Darat Marsekal Erwin von Witzelben, dan Marsekal Walter von Brauchitsch, Panglima AD.
Jatuhnya Kota Paris
Bulan Agustus 1944 adalah bulan yang menentukan bagi dua ibu kota penting di Eropa, Warsawa dan Paris. Yang satu di Eropa Timur, yang lain di Eropa Barat. Kedua-duanya telah begitu lama diduduki oleh Nazi Jerman, dan kini dalam bula Agustus mengahadapi kemungkinan akan segera dibebaskan oleh tentara “bersahabat”. Di medan perang Timur, tentara Rusia sedang mendekati Amerika dengan cepat begerak ke arah Paris.
Akan tetapi sebelum pasukan pembebas tiba di kedua kota itu, penduduknya sendiri sudah berontak. Mereka tidak sabar lagi menunggu kedatangan bantuan dari luar. Dibalik kesabaran ini tersimpul suatu keinginan yang dapat dipahami, yaitu penduduk kedua ibu kota itu berkemauan berbuat sesuatu untuk pembebasan kota mereka sendiri.
Sampai disini masih berlaku hal-hal yang paralel antara Warsawa dan Paris, sampai kemudian terjadilah suatu perbedaan yang dramatis. Karena  sementara tentara Amerika yang mendekati Paris datang sebagai penolong, maka sikap tentara Rusia berlainan sekali. Tentara merah mendadak berhenti di  ambang pintu Warsawa dan membiarkan penduduk kota itu bertempur mati-matian sendiri dengan tentara Jerman.
Pemberontakan di Warsawa terhadap Jerman
Dalam tulisan terdahulu tentang gerakan bahwa tanah di Polandia menetang pendudukan Jerman, nyatalah ada perbedaan mencolok antara resistance (gerakan perlawnan bawah tanah) di Polandia dengan ini negara lain di Eropa. Perlawanan di Polandia sangat teratur, para patriot Polandfia mempunyai pemerintahan, parlemen, dan tentara di bawah pimpinan Jenderal Tadeusz Bor-Komorowski.
Di Polandia ini pula, pecahlah suatu yang tidak pernah terjadi di bagian lain di Eropa. Ketika tentara Jerman masih berkuasa, berontaklah gerakan perlawanan Polandia dengan bantuan segenap pendudukan sipil Warsawa. Berminggu-minggu lamanya [ertempuran  hebat di jalan-jalan kota Warsawa berlangsung, bahkan suatu waktu pemberontak berhasil menguasai bagian terbesar dari kota Warsawa.
Dari lamanya pertempuran itu, nyatalah bahwa Jerman menghadapi lawan yang kuat. Ini pun di akui oleh seorang Jenderal Jerman yang mengatakan, bahwa pemberontakan hanya bisa dipadamkan dengan susah payah sekali, dan bahwa akhirnya Jerman dapat memadamkan pemberontakan itu, sebabnya bukanlah karena Jerman lebih unggul, akan tetapi “terutama karena pihak Siviet Rusia  menolak membei bantuan kepada pemberontakan Polandia, meskipun permintaan akan bantuan itu telah diajukan.    
Pertentangan Strategi antara Ike dan Monty
Agustus 1944. Pertempuran di Normandia telah berakhir dengan kemenangan Sekutu Inggris-Amerika. Ibikota Perancis, Paris, teelah dibebaskan dalam bulan itu juga. Di Perancis selatan, dekat Marseille, tentara Amerika-Perancis telah mendarat (Operation Anvil-Dragoon) dengan hasil baik pada tanggal 15 Agustus dan kini menuju ke arah utara untuk bergabung dengan tentara yang mendarat di Normandia 6 Juni.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perancis telah bebas. Kita perhatikan dulu kekuatan Sekutu setelah merebut kota Paris. Organisasi ketentaraan Sekutu terdiri seperti berikut : dicisi terdiri dari beberapa ribu serdadu; beberapa divisi merupakan sebuah korsp; beberapa korsp merupakakn sebuah Tentara (‘Army” dengan huruf besar); dan beberapa (dalam hal ini dua) Tentara merupakan suatu “Army Group”, Grup tentara.
Army Group yantg ke-21 terdiri dari British Second Army di bawah Jenderal M.C. Dempsey dan Canadian First Army di bawah Jenderal H.D.G. Crerar, dan semua ini di bawah pimpinan Jenderal (kemudian Field-Marshal) Bernard Montgomery. Kekuatan Army Group ke-21 ini pada sayap kiri.
Arnhem, Kegagalan yang Disanjung
Dalam setiap peperangan sering kali sebuah nama tempat, betapa pun singkatnya, mengandung kisah dramatis karena penderitaan dan kesengasaraan. Begitu juga dalam Perang Dunia II ini. Di medan perang Pasifik beberapa nama seperti itu misalnya Guadacanal, Tarawa, dan Saipan. Di medan perang Eropa ada Stalingrad, Anzio, dan Arnhem, senuah kota di Belanda yang dalam bulan September 1944 menjadi pusat perhatian dunia.
Pada pertengahan September 1944, ketika pasukan infanteri Sekutu telah kembali wilayah Belgia, tapi belum sampai di wilayah Belanda, maka Montgomery dengan seizin Eisenhower sekaligus menurunkan tiga divisi pasukan payung, yaitu dua divisi Amerika dan satu divisi Inggris di wilayah Belanda, di antaranya dekat kota Arnhem.
Jerman sama sekali tidak menduga serangan dari udara secara besar-besaran ini. Ampai sejauh itu, kecualidalam tahapan awal pendaratan di Normandia pada tanggal 6 Juni 1944, Sekutu selalu bergerak maju dari darat saja. Kini secara mendadak Montgomery hendak mendobrak pertahanan Jerman di sekitar kota Arnhem dengan suatu “serbuan berani” lewat “operasi pendaratan dari udara yang terbesar dalam sejarah”. Penerjunan dilakukan oleh tiga divisi, yang berjumlah kira-kira 30.000 pasukan.
Arnhem adalah kekalahan Sekutu yang pertama semenjak pendaratan di Normandia permulaan Juni. Sesudah Normandia, Sekutu terus-menerus mencapai kemenangan. Tentara Jerman selalau terdesak, bahkan suatu waktu dapat dikatakan mereka melarikan diri dari Perancis lewat Belgia menuju negerinya sendiri. Pada tanggal 3 September ibu kota Belgia, Brussels, jatuh di tangan Sekutu. Besoknya, 4 September, Sekutu merebut kota pelabuhan Antwerpen dalam keadaan utuh. Barulah di Arnhemini Jerman berhasil mengubah ofensip Inggris-Amerikamenjadi suatu bencana. Sudah tentu hal ini menaikkan prestise dan menambah semangat Jerman.
Neraka Arnhem dari Hari ke Hari
Sebelum 17 September situasi pihak Jerman di Eropa Barat benar-benar terpukul payah. Sudah empat kali komando tertingginya diganti : Mula-mula Karl Rudolp Gerd von Rundstedt. Kemudian dia diganti karena gagal menghalau Sekutu ke laut. Penggantinya Gunther von Kluge. Ia pun tak berhasil menahan kemajuan Sekutu, maka diganti oleh Walther Model. (Von dalam hubungan pewrcobaan membunuh Hitler tanggal 20 Juli 1944, lalu bunuh diri). Marsekal Model pun tidak berhasil menahan ofensif sekutu. Jahtuhnya kota Antwerpen tanggal 4 September yang membuat Hitler marah. Dia lalu mengangkat lagi Rundstedt sebagai panglima tertinggi di Eropa Barat, sedangakn Marsekal Model diberi tugas memperhatikan Belanda (Army Group B). 
Kekalahan-kekalahan Jerman ini bukanlah karena kesalahan para panglimanya, melainkan seperti sudah kita ketahui, adalah karena kesalahan Hitler. Marsekal Model oleh pihak inggris umunya di puji kepandaiannya. Di bawah Model terdapat antara lain Jenderal Kurt Student, yang dulu menyusun rencana pemboman Rotterdam dan Kreta dalam bulan Mei 1941.
Markas Student pada tanggal 17 September kebetulan didekat desa vegel, hanya 13 km dari salah satu tempat di mana sejumlah pasukan payung Amerika di terjunkan. Waktu itu pukul satu siang, Student sedang dimeja kerjanya ketika mendadak bunyi gemuruh membuat dia keluar dari gedungnya. Dimana-mana tampak pesawat terbang. Ia akan ngeri akan kekuatan udara musuh yang begitu besar: lama ia memandang ke udara.
Dalam neraka yang berlangsung sembilan hari itu, pasukan Inggris di Arnhem disiksa hujam tembakan tank, meriam, mortir, dan penembak jitu Jerman. Tank-tank yang dikerahkan Jerman meskipun sudah tua modelnya, tapi tetap yank. Untuk menghadapinya Inggris tak dapat mengimbanginya dengan tank, karena belum ada yang tiba di Arnhem.
Jenderal Urquhart karena hendak mengetahui dari dekat situasi pertempuran, dia punmeninggalkan markas nya. Tetapi tak lama dia sendiri segera terjebak dan terlibat dalam pertempuran di jalan, yang mekmaksanya berlindung ke dalam luar penduduk di Zwarteweg no 14. Mereka tidak bisa keluar dari rumah itu, karena sudah terkurung. Untung nya pihak Jerman tidak mengetahui bahwa di rumah itu bersembunyi komandan divisiPayung ke-1.      
Kekurangan
Setelah saya membaca dari isi buku ini yang berjudul Perang Eropa, ternyata kekurangan buku ini tidak ada penulisan rangkuman atau kesimpulan dari setiap bab, karena keuntungan dari ada rangkuman ini pembaca bisa memahami dari seluruh inti dari setiap isi bab-bab yang ada pada buku ini.
Kelebihannya
Sedangkan kelebihannya terdapat kumpulan foto-foto perang dari peristiwa Perang Eropa itu tersebut. Dan tidak hanya dari itu saja bahkan foto-foto dari petinggi-petinggi dari angkatan perang juga ada terlampir dalam buku ini. Diantaranya seperti Jenderal-Jenderal, parajurit-prajurit, marsekal, dan sebagainya. Dari sisi lainnya terdapat juga gambar peta peperangan, sehingga kita sebagai pembaca bisa lebih mudah mengetahuia sistem bagaiman jalannya perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar