Minggu, 14 Agustus 2011

Pangeran Kuning dan Perang Tebidah

Pangeran Kuning adalah seorang tokoh pejuang yang gigih menentang penjajah Belanda di wilayah kerajaan Sintang Kalbar. Ia lahir pada 1759 Masehi. Ayahnya, Raden Machmud seorang pembesar di Kerajaan Sintang yang menjabat sebagai Mangkubumi dengan gelar Mangku Negara II.
Raden Machmud adalah saudara dari Raja Sintang yakni Sultan Adi Abdul Rasyid Muhammad Jalaluddin. Mereka berdua adalah anak dari Sultan Abdurrahman Muhammad Jalaluddin, Raja Sintang sebelum Sultan Adi Abdul Rasyid yang meninggal dunia dan digantikan putra sulungnya, Pangeran Ratu Ahmad Qamaruddin.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Pangeran Ratu Ahmad Qamaruddin didampingi oleh Mangkubumi Pangeran Ratu Idris Kesuma Negara yang merupakan saudara dari Pangeran Kuning. 
Pangeran Kuning merupakan anak pertama dari enam bersaudara antara lain Pangeran Ratu Idris, Pangeran Rija (Aria), Pangeran Anom, Adi Tjoeit dan Adi Boesoe. Sejak kecil, ia menimba ilmu silat dan agama dari Rajo Dangki, seorang mubalig asal Sumatra Barat yang menyebarkan agama Islam di wilayah Kerajaan Sintang.
Didikan dan tempaan Rajo Dangki membuat Pangeran Kuning dikenal sebagai sosok yang berani, ulet, jujur dan mempunyai kepribadian. Pangeran Kuning menikah dan dikaruniai 3 orang anak. Salah seorang anaknya bernama Abang Arip yang mempunyai gelar Pangeran Muda.
Pangeran Muda sebagai anak dari Pangeran Kuning pernah ditugaskan oleh Sultan Ahmad Qamaruddin untuk memimpin daerah Ketungau sebagai penjaga keamanan dan pemungut pajak penduduk guna kepentingan kerajaan Sintang.
Pangeran Kuning tidak menyetujui kebijakan Sultan Ahmad Qamaruddin yang mau bekerja sama dengan Belanda. Pangeran Kuning pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pejabat di Kerajaan Sintang.
Walaupun telah mengundurkan diri, namun ia tetap peduli dengan nasib kerajaan dan rakyatnya. Ia bersama-sama saudaranya, yaitu Pangeran Aria dan Pangeran Anom menyusun kekuatan untuk menghadapi Belanda di wilayah Kerajaan Sintang. Tindakan Pangeran Kuning dan saudaranya tersebut membuat hubungan antara Pangeran Kuning dan Sultan Ahmad Qamaruddin menjadi tidak harmonis dan menimbulkan rasa saling curiga di antara mereka.
Di satu sisi, Pangeran Kuning menentang kehadiran Belanda, sedangkan di sisi lain Sultan Ahmad Qamaruddin menerima kehadiran Belanda di wilayah kerajaan Sintang.
Kedatangan Belanda di kerajaan Sintang terjadi pada masa pemerintahan Raja Sintang ke-22 yaitu masa pemerintahan Sultan Ahmad Qamaruddin. Kedatangan Belanda tersebut mendapat perhatian dari beberapa pejabat dan penguasa kerajaan Sintang termasuk dari Sultan Ahmad Qamaruddin.
Kehadiran Belanda secara resmi di wilayah ini setelah Kerajaan Sintang dan Belanda mengadakan perjanjian/kontrak. Dalam perjanjian yang dibuat, pada mulanya Belanda mau mematuhi segala isi peraturan yang telah disepakati. Tetapi, lama-kelamaan Belanda dengan menggunakan akal liciknya mengelabui penguasa dan rakyat kerajaan Sintang. Sampai akhirnya, Belanda mampu menggeser kedudukan Raja Sintang yang semula sebagai penguasa berubah kekuasaannya menjadi di bawah kekuasaan Belanda.
Sebagai contoh, pada 1822 Masehi, Belanda melakukan tipu muslihat dengan meminta izin kepada Sultan Ahmad Qamaruddin untuk memberikan perluasan tanah bagi Belanda di Kampung Tanjung Sari. Tetapi kenyataannya tanah yang diminta Belanda tersebut sangat luas dan akan dipergunakan untuk mendirikan loji atau benteng pertahanan Belanda. Sikap dan perbuatan Belanda tersebut membuat beberapa Pangeran di Kerajaan Sintang menjadi marah, di antaranya adalah Pangeran Kuning, Pangeran Anom dan Pangeran Muda.
Pangeran Kuning beserta Pangeran lainnya kemudian mendatangi Sultan Ahmad Qamaruddin untuk menyampaikan pendapat agar Sultan Ahmad Qamaruddin menolak memberikan izin kepada Belanda memperluas tanah guna mendirikan benteng pertahanan. Akibat perbedaan pendapat soal ini, maka timbullah perpecahan dan perselisihan di antara keluarga kerajaan Sintang.  
Pangeran Kuning merupakan sosok tokoh yang patut diteladani. Dalam pemikiran dan tindakannya selalu menentang segala sesuatu yang sifatnya sepihak dan hanya menguntungkan diri sendiri. Ia juga menentang tindakan yang tak memerhatikan rasa keadilan pihak lain.
Hal itu ditunjukkannya saat menentang perjanjian kerja sama antara Raja Sintang dan Belanda. Ia menganggap isi perjanjian banyak merugikan Kerajaan Sintang. Pada gilirannya akan membuat rakyat sengsara. Karena sikapnya itu, ia rela menerima tuduhan sebagai pemberontak yang menghalangi setiap kebijakan yang dikeluarkan penguasa kerajaan dan Belanda.
Pangeran Kuning kemudian berjuang bersama-sama pengikutnya di hutan dan sepanjang sungai di daerah Kayan. Perlawanannya ditunjukkan dengan peristiwa perang Tebidah pada 1856 sampai 1860 Masehi.
Pada 1857, Pangeran Kuning wafat karena sakit dalam usia 98 tahun. Sebagai tanda penghormatan kepada beliau, Pangeran Kuning dimakamkan di tempat terakhirnya ia berada, yaitu di lokasi markas pertahanan Pangeran Kuning dan pengikutnya di daerah Sedaga, Kayan Hulu.
Setelah Pangeran Kuning wafat, perlawanan rakyat kerajaan Sintang terhadap Belanda dilakukan di bawah pimpinan Pangeran Muda dan Pangeran Anom. Namun pada 1860 Masehi, Pangeran Muda meninggal dunia dan perjuangan melawan Belanda tetap diteruskan di bawah pimpinan Pangeran lainnya.

Jumat, 12 Agustus 2011

Kedatangan Kolonial Belanda di Kerajaan Sintang

Kerajaan Sintang yang sedang harum dengan perkembangan Islam, ketika itu pada bulan Juli 1822 rombongan Belanda yang pertama kali tiba di Negeri Sintang di bawah Pimpinan Komisaris Tinggi Mr.H,J. Tobias. Tapi ketika rombongan itu tiba, Baginda Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin tidak bersedia ditemui oleh rombongan mereka.
Rombongan Mr.H,J. Tobias, hanya dilayani oleh Mangku Bumi dan sejumlah pembesar – pembesar Kerajaan, namun pertemuan itu tidak menghasilkan suatu apapun.
12Karena tidak berhasil mengikat kontrak dengan Raja Sintang, rombongan Belanda yang dipimpin oleh Mr.H,J. Tobias, terus kembali ke Pontianak.
Setelah itu Baginda Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin mendapat sakit, semakin hari semakin memburuk, tidak lama kemudia Baginda berpulang Kerahmatullah setelah selama 40 tahun memangku jabatan sebagai Raja di Kerajaan Sintang.
13Setelah tersiar wafatnya Baginda Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin, tidak berapa lama pada akhir bulan Nopember tahun 1822 M, rombongan Belanda yang kedua datang lagi ke Negeri Sintang di bawah pimpinan Pegawai Tinggi D.J. Van Dungen Gronovius dan C.F. Goldman dengan di temani oleh Pangeran Bendahara dari Kerajaan Pontianak sebagai juru bahasa. Ia menceritakan kemajuan – kemajuan yang telah dicapai kerajaan – kerajaan di Pulau Borneo setelah mengadakan Kontrak Persahabatan dengan Gubernemen Belanda. Dengan sopan santun serta tutur kata yang lemah lembut sehingga menyebabkan pembesar-pembesar di Kerajaan Sintang akhirnya menerima kontrak persahabatan itu.Pada tanggal 2 Desember 1822 M, terjadilah suatu ikatan perjanjian persahabatan antara Gubernemen Belanda dengan Pihak Kerajaan Sintang, yang disebut dengan kontrak sementara ( Voorlopige contract ). Dari pihak Belanda ditanda tangani oleh D.J. Van Dungen Gronovius dan C.F. Goldman, sedangkan dari pihak Kerajaan Sintang oleh Pangeran Ratu Idris Kesuma Negara dan Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin, dan di saksikan oleh Pangeran Bendahara dari Kerajaan Pontianak dan Pangeran – Pangeran dari Kerajaan Sintang.
Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin, sebagai penerus Pemerintahan di Kerajaan Sintang yang ke – XXIII, pada prinsipnya tidak menyetujui adanya kontrak persahabatan dengan Belanda, akan tetapi Baginda Raja tidak dapat bertindak sendiri karena sudah merupakan keputusan Menteri-menteri di Kerajaan Sintang. Sekalipun kontrak persahabatan sudah disetujui, namun Baginda Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin tetap meneruskan pengembangan agama Islam di wilayah Kerajaan Sintang, dengan dibantu oleh Penghulu Arsyad dan Sino Pati Shamad,
14Pada mulanya pihak Belanda hanya menjalin persahabatan dengan Kerajaan Sintang, kian hari sedikit demi sedikit sudah memperlihatkan aksinya untuk menguasai dan mencampuri urusan Pemerintahan dan mengawasi perkembangan agama Islam di wilayah Kerajaan Sintang. Sehingga pada akhirnya apabila akan mengadakan tabligh harus mendapat izin dari pihak Belanda, demi untuk ketertiban didalam negeri Sintang. Melihat Gerak – gerik dari pihak Belanda yang semakin mencurigakan, maka timbulah ketegangan di kalangan Istana. Empat orang menteri Kerajaan yaitu Pangeran Kuning, Pangeran Anum, Pangeran Arya dan Pangeran Muda, yang pada awalnya sudah tidak menyetujui kontrak persahabatan dengan pihak Belanda, sehingga keempat Pangeran tersebut bangkit memberontak dan terjadilah pertempuran demi pertempuran sejak tahun 1825 M, hingga tahun 1861 M, sa’at keempat Pangeran tersebut sudah meninggal dunia.
Dalam suasana tegang dan keamanan terancam, da’wah Islamiyah sedikit mengalami kemunduran, tetapi walaupun demikian, semangat para mubaligh tetap tidak pernah padam, mereka berusaha dan giat mengembangkan ajaran Islam ke daerah pedalaman.
Ketegangan antara pihak Belanda dengan pihak pejuang-pejuang didaerah kian hari tambah memuncak dan berlarut-larut hingga memasuki awal tahun 1855 M, Pihak Belanda tidak dapat memadamkan api pemberontakan itu dikarenakan dari dalam Istana baik Baginda Raja maupun Mangku Bumi secara terselubung merestui perjuangan mereka dengan menyediakan fasilitas – fasilitas yang diperlukan. Pihak Belanda merasa kewalahan, dan pada akhirnya siasat baru ditempuh yaitu dengan membuat kontrak panjang yang disebut “ De Lange Politieke Contract “ yang berisikan 23 pasal, Kontak Panjang ini menyimpulkan system menjajah serta sekaligus mengambil alih dan monopoli semua sumber pemasukan Kerajaan.
15Pada awal bulan Maret 1855 M, oleh Komisaris Prins, disampaikan konsep kontrak panjang ini kepada Raja dan Mangku Bumi dengan maksud minta disetujui serta ditanda tangani. Raja dan Mangku Bumi mempelajari pasal demi pasal isi dari pada kontrak panjang itu, kemudian keduanya mengambil suatu kesimpulan yaitu daripada menyetujui kontrak panjang yang sudah terang – terangan menindas Raja dan Rakyat Kerajaan Sintang, lebih baik mengundurkan diri dari jabatan karena hal ini menyangkut rakyat banyak.
Pada sa’at itu juga keduanya di hadapan Komisaris Prins menyatakan bahwa keduanya akan menyerahkan jabatan sebagai Raja dan Mangku Bumi serta menunjuk Putra Mahkotanya bernama Ade Tuwan untuk pengganti Raja. Pernyataan Raja dan Mangku Bumi ini diterima dengan gembira oleh Komisaris Prins dan merestui atas penunjukan Putra Mahkotanya menjadi Raja di Kerajaan Sintang sehingga dengan demikian akan sukseslah kontrak panjang di Kerajaan Sintang.
Pada tanggal 5 Maret 1855 M, pelantikan Raja yang baru dilaksanakan dan sekaligus meresmikan berlakunya kontrak panjang atas tanah Kerajaan Sintang. Raja Sintang yang ke XXIV yaitu Ade Tuwan bergelar Panembahan Abdurrasyid Kesuma Negara I, dalam susunan Pemerintahan status Mangku Bumi dihapuskan dan pihak Gubernemen Belanda mengangkat beberapa orang Pangeran sebagai pendamping Raja.

Datangnya Dua Orang Mubaligh Islam di Kerajaan Sintang

Pada masa Pemerintahan Baginda Sultan Abdurrahman Muhammad Djalaluddin, datanglah dua orang mubaligh Islam dari Pulau Sumatera, Kedatangan keduanya disambut Baginda Sultan dengan baik, dengan kedatangan dua orang mubaligh tersebut maka membuat perkembangan Islam semakin pesat di wilayah kerajaan Sintang. Mereka adalah Penghulu Abbas dari Aceh dan Rajo Dangki dari Pagaruyung Minangkabau. Melihat kepiawaian kedua mubaligh tersebut Baginda Sultan memberikan kedudukan kepada keduanya setingkay menteri.
Rajo Dangki disamping sebagai seorang mubaligh juga seorang pandai silat, ia memberikan pelajaran silat di mana-mana dan bukan hanya dikalangan generasi muda bahkan sampai yang sudah tuapun ingin belajar silat sehingga Ia sangat disukai. Berkat bimbingannya banyak penduduk negeri Sintang menjadi pandai silat dan tidak merasa takut lagi untuk
9mengahadapi peperangan.
Kehadiran kedua mubaligh itu sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan Negeri Sintang, dan keduanya akhirnya menetap di Negeri Sintang dan tidak pulang lagi ke kampung halamannya. Baginda Sultan Abdurrahman mempunyai dua orang putra, yang sulung bernama Raden Mahmud, dan adiknya bernama Adi Abdurrasyid, yang pada waktu itu masing – masing berusia 10 tahun dan 7 tahun, setelah keduanya memasuki usia 13 tahun dan 10 tahun. Oleh Baginda Sultan kedua putranya itu diserahkan kepada Penghulu Abbas untuk di didik agama Islam dan bertempat tinggal di rumah Penghulu Abbas dan oleh Penghulu Abbas kedua putra Baginda Sultan itu diasuh dan di didik seperti anaknya sendiri, setelah dewasa barulah dikembalikan kepada orang tuanya. Pada waktu itu di Kerajaan Sintang benar-benar aman, baik di Ibukota Kerajaan maupun diluar dan demikian juga dengan perkembangan agama Islam yang semakin meningkat, perubahan – perubahan di Negeri Sintang sangat dirasakan oleh masyarakat, tetapi suasana dukapun tidak dapat dihindari, tepatnya pada tanggal 21 Bulan Sya’ban 1200, Baginda Sultan berpulang Kerahmatullah.
10Setelah wafatnya Baginda Sultan Abdurrahman Muhammad Djalaluddin, Pemerintahan di Kerajaan Sintang diteruskan oleh Putra Baginda yang kedua sebagai Raja ke – XXI, yaitu Adi Abdurrasyid yang bergelar Sultan Abdurrasyid Muhammad Djamaluddin. Sedangkan Putra Baginda yang sulung yaitu Raden Mahmud sebagai Mangku Bumi yang bergelar Mangku Negara II.
Mendapat bantuan penuh dari Penghulu Abbas, Rajo Dangki serta Penghulu Antat bin Madil, Baginda Sultan Abdurrasyid meneruskan pengembangan Islam dan merambah ke daerah-daerah. Melihat perkembangan Islam semakin luas, Baginda Sultan membongkar Masjid peninggalan Baginda Sultan Nata dan membangun Masjid yang lebih besar yang dapat menampung sekitar 200 orang jama’ah, tetapi tiang Masjid yang di bangun baru ini masih menggunakan tiang Masjid yang lama hanya bahan-bahan lainnya yang benar – benar baru, serta tempat pembangunannya tetap ditempat asal masjid yang lama. Baginda Sultan Abdurrasyid adalah seorang Raja yang ‘alim, Baginda tekun menjalankan ibadah di dalam Masjid dan urusan Pemerintahan diserahkan sepenuhnya kepada kakaknya Raden Mahmud.
11Perkembangan Islam telah menonjol dan semua itu tidak terlepas dari pemimpin – pemimpin Negeri yang ta’at dan memegang teguh syari’at ajaran Islam, sehingga mengharumkan nama Kerajaan Sintang sampai kemana – mana. Baginda Sultan Abdurrasyid menikah dengan putrid Raja Sanggau yang bernama Utin Ibut dan di Karuniai tiga orang putra. Baginda Sultan Abdurrasyid memerintah hanya 10 tahun dan Baginda Sultan wafat pada tahun 1211 H. Pemerintahan di Kerajaan Sintang diteruskan oleh putra Baginda Sultan yang sulung, sebagai Raja Sintang ke – XXII, yaitu Ade Muhammad Noeh, bergelar Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin.
Dalam menjalankan Pemerintahan di Kerajaan Sintang Baginda Pangeran Ratu didampingi oleh Mangku Bumi, Yaitu Pangeran Ratu Muhammad Idris Kesuma Negara ibnu Raden Mahmud, Wazir I, Pangeran Koening Soerya Pati ibnu Raden Mahmud, Wazir II, Pangeran Anom Soerya Negara ibnu Raden Mahmud, Wazir III, Pangeran Ria ibnu Raden Mahmud, Wazir IV, dan Pangeran Aria Negara ibnu Pangeran Adi Negara, Wazir V. serta Penghulu Abbas dan Penghulu Antat bin Madil. Pada masa Pemerintahan Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin, telah didirikan beberapa buah Balai tempat pusat pengajian dan di beberapa wilayah juga ada Balai Pertemuan di tiap – tiap Ibukota.

Kerajaan Islam di Sintang (1651 M - 1855 M)



Raja di Kerajaan Sintang ke – XIX bernama Sultan Nata Muhammad Syamsuddin, dan merupakan raja pertama yang memakai gelar Sultan. Baginda menyempurnakan tata pemerintahan di kerajaan Sintang dan meneruskan pelaksanaan rencana pembangunan Masjid di Ibukota Kerajaan yang didirikan pada tanggal 12 Muharram 1083 H. Bersama orangtuanya Kyai Adipati Mangku Negara Melik, Baginda Sultan Nata menyediakan bahan bahan yang diperlukan dan langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid bersama rakyat secara bergotong royong sehingga rumah ibadah tersebut selesai dalam waktu yang singkat. Dari situlah Baginda Sultan Nata memulai kegiatan untuk mengembangkan syiar Islam.
Walaupun masjid yang dibangun Baginda Sultan Nata Jauh berbeda dari masjid yang ada pada saat ini, tetapi itulah masjid pertama di Kerajaan Sintang yang begitu sangat sederhana dan hanya mampu menampung sekitar 50 orang jama’ah, tetapi itu bukan berarti membatasi jama’ah yang ingin sholat, tetapi itu adalah suatu hal yang sangat istimewa. Setiap waktu sholat, Baginda Sultan Nata ikut berjama’ah bersama rakyat. Dan sampai – sampai Baginda Sultan Nata mengeluarkan ancaman hukuman untuk setiap pemeluk Islam yang tidak mau ikut ke masjid. Sebagai pemimpin yang bijaksana dan penyebar agama Islam, Baginda Sultan Nata sering melakukan peninjauan ke seluruh wilayah kerajaan, yang didampingi oleh penghuku Luwan.
Dengan semakin bertambahnya pemeluk agama Islam di wilayah kerajaan Sintang, Bagindapun mengumumkan berlakunya hukum Islam di seluruh wilayah kerajaan Sintang. Pada masa pemerintahan Baginda Sultan Nata, perkembangan Islam begitu pesat, aturan per-undang-undangan di kerajaan berdasarkan syaria’t Islam, dan oleh masyarakat beliau diberi gelar “ Sultan Nata Muhammad Syamsuddin Sa’idul Khairri Waddin “ yang artinya pemimpin yang bijaksana dan penyebar agama. Tetapi pada saat itu lambang kerajaan masih memakai lambang yang lama berupa gambar tengkorak.
6Untuk biaya pemerintahan di kerajaan, Baginda Sultan Nata mewajibkan kepada setiap kepala keluarga menyerahkan sumbangan tertentu setelah selesai panen.
Dan semuanya dipatuhi oleh rakyat dengan tidak ada merasa terbebani karena jumlah yang Baginda tetapkan sangat kecil. Meskipun demikian, oleh karena Baginda Sultan Nata dalam kehidupan sehari - hari sangat sederhana, sebagian dari hasil – hasil yang diterima kerajaan kemudian baginda bagi – bagikan lagi kepada golongan miskin, sehingga suasana di kerajaan menjadi aman dan rakyat hidup berkecukupan.
Hasrat Baginda Sultan Nata untuk memupuk perkembangan Islam di wilayah kerajaan Sintang terus meningkat, Baginda Sultan Nata masih menghajatkan Kitab Suci Al – Qur’an untuk diajarkan kepada rakyat nya, sedangkan pada saat itu di kerajaan Sintang baru ada beberapa Surah dari Juz’amma yang sudah ada di pelajari.
Baginda Sultan Nata memerintahkan Penghulu Luwan untuk berkunjung ke Banjarmasin melalui jalan darat untuk mengusahakan salinan Kitab Al-Qur’an.Menjunjung tinggi titah Baginda Sultan Nata, Penghulu Luwan dengan ditemani oleh beberapa orang pejabat kerajaan berangkat ke Banjarmasin dan dalam kurun waktu selama tiga bulan disana merekapun pulang ke negeri Sintang dengan membawa sebuah Kitab Al-Qur’an yang sudah disalin diatas kertas.
7Baginda Sultan Nata sangat bergembira setelah menerima kiriman sebuah Kitab Al-Qur’an dari Sultan Banjarmasin, Baginda Sultan Nata bersama tokoh-tokoh Islam setempat belajar membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan Penghulu Luwan.
Hari – hari telah dilewati, pemeluk agama Islam semakin meningkat dan dalam tempo yang singkat ajaran Al-Qur’an sudah merata bagi rakyat di Ibukota Kerajaan. Pada tahun 1150 H, Baginda Sultan Nata mendapat sakit dan tidak lama kemudian tersiar kabar bahwa Baginda Sultan Nata telah berpulang kerahmatullah. Sebagai pengganti Raja di kerajaan Sintang ke - XX, maka diangkatlah putra Mahkota bernama “ Adi Abdurrahman “ bergelar Sultan Abdurrahman Muhammad Djalaluddin.
Disamping meneruskan pengembangan ajaran Islam di wilayah kerajaan, Baginda Sultan bersama dengan Penghulu Kerajaan bernama Madil bin Luwan, bergerak terus menyiarkan ajaran Islam sampai ke daerah – daerah bahkan sampai ke kerajaan tetangga di Kapuas Hulu seperti Suhaid, Silat, Selimbau dan Jongkong, yang pada saat itu masih menganut faham animisme.
8Pertama kali kedatangan Baginda Sultan kesana tidak mendapat perhatian dari Raja – raja tersebut, bahkan mereka menantang keras ajakan Baginda Sultan sehingga terjadilah peperangan. Setelah dapat dikalahkan, maka diadakanlah Surat Perjanjian Takluk dan barulah Raja – raja tersebut beserta rakyatnya memeluk agama Islam. Surat Perjanjian antara Raja Kerajaan Silat dengan Raja di Kerajaan Sintang ditulis diatas sekeping tembaga serta dibubuhi cap jempol kedua raja tersebut, dengan demikian maka wilayah kekuasaan Kerajaan Sintang semakin meluas setelah ada surat perjanjian takluk dari Raja – raja Kapuas Hulu.
Setelah ajaran Islam seluruhnya dapat diterapkan, maka Baginda Sultan memerintahkan kepada Menteri Besar Sinopati Turas, supaya sebuah sungai yang terletak tidak jauh dari kawasan Masjid dijadikan tempat menjatuhkan hukuman yang yang bersalah, baik hukum pancung, hukum potong tangan maupun hukum rejam. Sungai tersebut diberi nama Sungai Pembunuh.

Masuknya Agama Islam di Kerajaan Sintang

Pada pertengahan abad ke – XVII, Kerajaan Sintang di perintah oleh seorang raja yang bernama Abang Pencin bergelar “ Pangeran Agung ”, Baginda Pangeran Agung adalah turunan ke – 17 dari Raja di Kerajaan Sintang yang pertama. Pusat Pemerintahan Kerajaan pada waktu itu terletak di wilayah yang disebut Pulau Perigi, yaitu ditengah kota Sintang dan pada saat sekarang perbatasan antara Kelurahan Kapuas Kiri Hilir dan Kelurahan Kapuas Kiri Hulu.
Baginda Pangeran Agung beserta sebagian besar rakyatnya menganut agama Hindu, serta sebagian lainnya masih menganut faham animisme. Pada masa itu agama hindu telah berkembang dan tersebar dengan pesatnya di Kerajaan Sintang bagaikan cendawan di musim hujan, agama hindu berkembang sejak abad ke – XV yang dibawa dan di kembangkan oleh seorang Patih dari Kerajaan Majapahit bernama Patih Logender.
Belum begitu lama Baginda Pangeran Agung memangku jabatan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, datanglah dua orang perantau dari luar kerajaan Sintang yang kemudian diketahui ternyata para mubaligh Islam. Mereka adalah Mohammad Saman dari Banjarmasin dan Enci’ Shomad dari Serawak.
1Begitu sampai ditanah Sintang kedua mubaligh langsung menghadap Baginda Raja Pangeran Agung, mereka berdua menyatakan keinginannya menetap di Kerajaan Sintang jika mendapat izin dari Baginda Raja, Sebagai mubaligh, tutur bahasa yang lemah lembut serta sopan santun dengan penuh rasa rendah hati menyebabkan Baginda Raja Pangeran Agung tertarik, dan atas izin Baginda Raja kedua mubaligh itu bertempat tinggal di rumah seorang Menteri. Dirumah Menteri itu kedua mubaligh tetap melaksanakan ibadah sholat sebagaimana mestinya. Tidak berapa lama sang menteripun tertarik ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh kedua mubaligh tersebut dan pada suatu hari menteri memberanikan diri untuk menanyakan hal ihwal apa yang dikerjakan oleh kedua mubaligh tersebut. Kedua mubaligh itu saling silih berganti menerangkan kepada menteri pokok-pokok ajaran Islam, dan kemudian menteri bersama keluarganya menyatakan dirinya untuk memeluk agama Islam. Karena takut diketahui oleh Baginda Raja, semula menteri dan keluarganya mempelajari agama Islam secara diam-diam, hari demi hari telah dilewati, tapi raja yang selalu memperhatikan dan mengawasi gerak – gerik rakyatnya, akhirnya tahu juga.
2Suatu ketika menteri dan bersama kedua mubaligh itu dipanggil menghadap, dihadapan Baginda Pangeran Agung kedua mubaligh menerangkan tentang pokok-pokok ajaran Islam, mereka menjelaskan bahwa agama Islam itu bukanlah agama baru bahkan telah dianut oleh jutaan manusia di permukaan bumi. Disatu sisi agama Islam mengajak seluruh manusia agar hanya mengabdi kepada Allah SWT, dan di sisi Islam mengajarkan agar bergaul baik dengan sesama.
Kemudian Baginda Pangeran Agung bertanya kepada kedua mubaligh tersebut, apakah anda juga berhasrat mengajak kami kepada Islam ? dengan tegas Mohammad Saman menjawab “ tentu saja, Tuanku “ Bagaimana sikap kalian andaikata kami tidak bersedia ? Tanya Baginda Raja lagi. Kami tetap menghormati Tuanku dan berterima kasih atas kemurahan hati Tuanku menyambut kami sambung Enci’ Shomad.
Baginda Pangeran Agung tersenyum dan langsung menyatakan bahwa dirinya memeluk agam Islam dan Baginda Pangeran Agung langsung mengucap Dua Kalimah Syahadat. Kemudian Baginda Pangeran Agung menambahkan bahwa beliau telah lama mendengar tentang agama Islam tetapi beliau belum sempat mempelajari secara mendalam. Konon baginda ingin menikah dengan putrid raja Sanggau yang sudah memeluk agama Islam, tetapi lamaran Baginda belum mendapat jawaban yang tegas. Dan setelah baginda Pangeran Agung memeluk agama Islam utusan raja Sanggau datang membawa tanda mata.
3Tidak lama kemudian baginda Pangeran Agung menikah dengan putri dari kerajaan Sanggau yang bernama Dayang Mengkiang. Dengan didorong hasrat untuk memajukan agama baru, Mohammad Saman dan Ecci’ Shomad baginda angkat sebagai warga negeri kerajaan Sintang dan kemudian balai kerajaan dijadikan pusat penyiaran agama Islam. Kedua mubaligh baginda kawinkan dengan keluarga kerajaan sehingga merekapun makin dihormati oleh rakyat.
Setelah tersiar kabar Baginda Pangeran Agung memeluk agama Islam, maka rakyat di kerajaan Sintang yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Animisme berduyun – duyun memeluk agama Islam sehingga pemeluk agama Islam mulai berkembang. Setelah cukup lama memangku Jabatan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, Baginda Pangeran Agung berpulang kerahmatullah, kedudukan sebagai Raja di Kerajaan Sintang diganti oleh Putra Mahkota yang bernama Pangeran Tunggal dan Beliau dinobatkan
sebagai Raja di Kerajaan Sintang yang ke XVIII. Kegiatan Baginda Pangeran Tunggal tidak kurang dari ayahndanya sehingga agama Islam semakin berkembang sampai ke pedalaman. Baginda menjalankan Pemerintahan cukup lama dan baginda Pangeran Tunggal yang merencanakan pembangunan Masjid yang pertama dalam kerajaan Sintang. Tetapi mujur tak dapat diraih dan malang tak dapat di tolak, sebelum rencana terlaksana Baginda Pangeran Tunggal berpulang kerahmatullah.
4Karena Putra almarhum Abang Itot tidak memenuhi syarat sebagai Raja di Kerajaan Sintang, sedangkan Putra mahkota almarhum yaitu Pangeran Purba tidak berada di negeri Sintang, karena sudah berkali – kali diberitahu tentang keadaan ayahnda semasa masih hidup bahkan sampai Baginda Pangeran Tunggal wafat pun Pangeran purba tidak datang dan pada akhirnya untuk di angkat sebagai Raja di Kerajaan Sintang, diangkatlah keponakan almarhum Baginda Pangeran Tunggal sebagai Raja di Kerajaan Sintang ke XIX, yaitu putra dari Nyai Cili ( adik Pangeran Tunggal ) dan Mangku Negara Melik yang bernama Abang Nata, ketika itu Abang Nata masih berusia 10 tahun. Sementara menunggu dewasa Pemerintahan ditangani oleh seorang Wazir bernama Senopati Laket, Ia menjalankan pemerintahan sampai Raja berusia 20 tahun. Setelah Abang Nata berusia 20 tahun, maka beliaupun dinobatkan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, bergelar ‘ Sultan Nata Muhammad Syamsuddin ‘.

Putri Dara Juanti

Putri Dara Juanti yang terkenal dalam sejarah kerajaan sintang yang membawa perhubungan dengan tanah jawa. Dalam sejarahnya Dara Juanti berlayar ke tanah Jawa untuk membebaskan saudaranya Demong Nutup (di jawa dikenal dengan nama Adipati Sumintang) yang ditawan oleh salah satu kerajaan di Jawa. Singkat cerita, di pelabuhan tuban Dara Juanti di hadang oleh prajurit kerajaan dan merupakan pertemuan pertama dengan seorang Patih dari Majapahit yaitu Patih Logender. Dari pertemuan itulah yang membuat hubungan keduanya semakin dekat, dan kemudian Patih Logender pergi ke Kerajaan Sintang untuk melamar Dara Juanti. Namun malang tak bisa di tolak Patih Logender harus pulang ke Jawa karena harus memenuhi persyaratan - persyaratan yang di minta oleh Dara Juanti. Diantara persyaratan itu antara lain : Keris elok tujuh berkepala naga, empat puluh kepala, empat puluh dayang-dayang, dan lainnya.Dengan memenuhi persyaratan yang diminta dan semuanya terpenuhi barulah pinangan itu diterima bersama barang pinangan lainnya yang diserahkan oleh Patih Logender kepada Demong Nutup untuk meminang Puteri Dara Juanti. Selain persyaratan diatas, Patih logender menyerahkan barang-barang pinangan lainnya seperti seperangkat alat musik, patung burung garuda terbuat dari emas, sebongkah tanah majapahit, dan lainnya. Melihat barang pinangan sudah dipenuhi oleh Patih Logender sebagai persyaratan untuk meminang Puteri Dara Juanti, tidak lama kemudian pernikahan-pun dilangsungkan. Dalam catatan sejarah, pernikahan Putri Dara Juanti dengan Patih Logender diperkirakan tahun 1401 M, karena pada saat pernikahan usia Puteri Dara Juanti diperkirakan 27 tahun sedangkan Patih Logender diperkirakan diatas 50 tahun karena di Jawa Patih Logender sudah memiliki isteri dan mempunyai tiga orang anak. Dari Pernikahan itu keduanya dikarunia tiga orang anak, yang pertama dan kedua perempuan yaitu Dewi Kesuma dan Dewi Udara serta yang ketiga laki-laki bernama Abang Semat (Jubair Irawan II).

TANAH TANJUNG (Perjuangan Pangeran Kuning Melawan Kolonialisme)

Peristiwa Tanah Tanjung merupakan sebuah tempat yang sangat berharga pada pusat pemerintahan di kerajaan Sintang. Akibat dari masuknya pemerintah Belanda yang menjadikan Tanah Tanjung sebagai tempat mendirikan benteng pertahanan, dari itu mulainya sejarah perjuangan Pangeran Kuning yang selalu membela kebenaran dan keadilan. Pangeran Kuning adalah seorang yang bijaksana serta tepat menjadi pemimpin dan tidak benar jika memandang pangeran ini sebagai seorang pemberontak. Keteguhan dan keberanian rupanya sangat membantu perjuangannya melawan kolonialisme dan akhirnya membuahkan hasil. Prinsip yang dipegang teguh oleh Pangeran Kuning adalah seorang yang budi pekertinya jujur, menepati janji dan seorang pangeran yang meduduki posisi sebagai wazir II di kerajaan Sintang pada masa pemerintahan Pangeran Adipati Surya Negara Muhammad Djamaluddin sebagai raja. Ketokohan Pangeran Kuning bukan saja memiliki pengetahuan mendalam tentang seluk-beluk hukum agama tetapi sangat terampil pula dalam hukum Adat.
Seperti yang sudah dikatakan diatas, bahwa Pangeran Kuning adalah seorang pahlawan besar, yang sejak didalam pemerintahan kerajaan Sintang sebagai orang yang tidak menerima kehadiran kolonial Belanda di Sintang sudah diakui, baik oleh rakyat Sintang sendiri, maupun oleh musuh-musuh (kolonial Belanda). Kenyataan ini dapat dibuktikan pada perlawanan-perlawanan beliau. Sejak Pangeran Kuning meninggalkan istana untuk melawan kolonial Belanda. Dengan demikian, tentulah beliau tidak akan bisa melupakan tentang kejadian-kejadian yang menyebabkan politik pemerintah di kerajaan Sintang diambil alih pemerintah kolonial Belanda.
Perang perlawanan terhadap kolonial yang dilakukan oleh laskar perlawanan di wilayah Sintang dibawah pimpinan Pangeran Kuning berlangsung ± 35 tahun (1822-1857). Bukti-bukti peninggalan sejarah sebagian besar telah musnah, para pelaku sejarah sudah kembali kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang tersisa hanyalah catatan (manuscrips) dan tempat bersejarah sebagai saksi bisu yang mampu mengungkapkan peristiwa perlawanan ke permukaan yang patriotik dan heroik pada zamannya. Tentang perlawanan dimaksudkan itu, pihak kolonial Belanda sendiri telah mengakuinya sebagaimana termuat di dalam laporannya: pertama, Historische Aanteekeningen, Jaar 1889”, kedua,Chronologish-Ta Bellarisch Overz Icht Gesciedenis Garniz Oens-Bataljon De Westera Deeling Van Borneo. (Opgericht Ingevolge Gouvts. Besluit ddo. 8 Mei 1856) No. 10 (Kon. Nesluit dd. 2 Augustus 1853 Letter E.14). Mutaties, Veldtochten. Uitstekende Daden, Byzondere Verrichtingen En Ontvangen Beloeningan”.

Dengan adanya pengakuan dari pemerintah kolonial Belanda tersebut, berarti ada bukti tertulis yang tak terbantahkan tentang kebenaran, keberadaan dan keabsahan perang melawan kolonialisme Belanda di wilayah Sintang. Disamping itu memang tidak ada pemberontakan lain sebagai aksi perlawanan yang dimaksud yang terjadi pada kurun waktu dari tahun 1822 (saat pemerintah kolonial Belanda tiba di Sintang), dan pada tahun 1825 meletuslah gerakan perlawanan pertama kalinya yang dipimpin oleh Pangeran Kuning di Sintang yang pada akhirnya sampai beliau wafat ditahun 1857 perang terus berkecamuk, sehingga keputusan Gubernur Jendral Belanda dengan mengeluarkan pernyataan bahwa bagian Sintang pada tanggal 20 Desember 1856 berada dalam keadaan Perang (Darurat). Setelah beliau wafat aksi perlawanan tetap semarak, berkobar, dan berlanjut.

“GARUDA” LAHIR DARI SINTANG

Garuda merupakan lambang Negara Indonesia, hampir semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui darimana asal-muasalnya dan bagaimana sejarahnya hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dia adalah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.
Dalam perjalanan mencari inspirasi tentang lambang Negara yang ditugaskan oleh Soekarno pada saat itu, Sultan Hamid II sempat berbincang-bincang dengan Ade Muhammad Djohan (Ketua Majelis Kerajaan Sintang). Dalam perbincangan tersebut diungkapkan oleh Ade Muhammad Djohan tentang lambang kerajaan Sintang yang bernama burung Garuda. Mendengar penjelasan tersebut, Sultan Hamid II tertarik untuk melihat atau menyaksikan secara langsung bagaimana bentuk lambang kerajaan Sintang.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio, Sultan Hamid II berkunjung ke Kabupaten Kapuas Hulu. Dalam kunjungan kerja tersebut Sultan Hamid II menyempatkan diri untuk singgah di kerajaan Sintang untuk melihat secara langsung lambang Kerajaan Sintang dan Sultan Hamid II tertarik dan beliau mohon kepada Ade Muhammad Djohan (Ketua Mejelis Kerajaan Sintang) untuk dapat meminjamkan lambang kerajaan Sintang dibawa ke pontianak, dan oleh Ade Muhammad Djohan di setujui dan di saksikan oleh enam orang pegawai swapraja. Burung Garuda yang dipinjamkan oleh kerajaan Sintang pada saat itu adalah yang beukuran kecil yang terdapat pada gantungan tiang gong. Dengan peminjaman Burung Garuda dari kerajaan Sintang oleh Sultan Hamid II, itulah yang menjadi salah satu inspirasi beliau untuk menjadikan lambang Negara Indonesia dengan nama “GARUDA” serta dengan bentuk yang tidak jauh berbeda. Apabila diuraikan atau dianalisis lebih mendalam tentang peminjaman tersebut, maka apabila Sultan Hamid II tidak meminjamkan burung Garuda yang menjadi lambang kerajaan Sintang saat itu, besar kemungkinan rancangan lambang Negara yang diusulkan oleh Sultan Hamid II bisa jadi dengan bentuk dan nama lain seperti yang diusulkan oleh anggota tim lainnya.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa “Garuda” yang dijadikan lambang Negara Indonesia? Bukan Cenderawasih, Rajawali, Elang, atau burung yang lainnya. Ada yang menyebutnya Garuda itu seperti Elang Jawa, atau seperti Elang Papua dan lain sebagainya. Dengan adanya penjelasan dari wawancara dengan salah satu saksi peminjaman yang saat itu masih dalam keadaan sehat mengatakan bahwa dalam dialog antara Sultan Hamid II dengan Ade Muhammad Djohan, disarankan oleh Ade Muhammad Djohan supaya lambang Negara menggunakan burung murai.
Kalau kita amati secara mendalam, dapat disimpulkan 80 % lambang Negara Republik Indonesia di adopsi dari lambang kerajaan Sintang, yang oleh Sultan Hamid II dijadikan inspirasi untuk merancang Lambang Negara Republik Indonesia. Mengapa…? Karena beberapa kali rancangan itu sempat ditolak (mengalami perubahan) oleh anggota panitia lambang Negara RIS lain, seperti M. Natsir misalnya, karena ada tangan manusia yang memegang perisai berkesan terlalu mitologi dan feodal. Setelah mendapat banyak masukan untuk penyempurnaan rancangan itu, sehingga tercipta bentuk figur elang Rajawali. Disini burung Garuda digambar dalam bentuk alami menyerupai Elang Rajawali yang perkasa yang menyerupai lambang kerajaan Sintang saat itu. Sedangkan bentuk perubahan yang terjadi berupa penambahan dan pengurangan, seperti : bagian kepala menjadi berjamul dan menghadap ke kanan, perisai Pancasila digantungkan menempel pada leher Elang Rajawali Garuda Pancasila, dan bagian kaki menjadi terbuka dengan memegang pita semboyan Bhineka Tunggal Ika. Selain dari itu tidak ada perubahan yang mendasar baik dari bentuk maupun namanya. Lambang kerajaan Sintang dengan nama Burung Garuda, sedangkan Lambang Negara Republik Indonesia “Garuda Pancasila”. Oleh sebab itu lambang Negara Republik Indonesia lahir dari lambang kerajaan Sintang. Hal itu sudah sangat jelas sekali karena artefak burung Garuda itu sendiri masih utuh dan terpelihara dengan baik, bahkan dalam rangka memperingati “60 tahun Garuda Pancasila” oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui Museum Konperensi Asia Afrika Bandung meminjam artefak burung Garuda itu untuk dijadikan icon pameran "60 tahun Garuda Pancasila". Karena pameran itu mendapat sambutan ratusan ribu pengunjung, maka pihak kementerian luar negeri melalui museum konperensi Asia Afrika memperpanjang peminjaman untuk tingkat Asia di Bandung sehingga peminjaman artefak tersebut menjadi 6 (enam) bulan lamanya. Alhasil artefak burung Garuda yang berasal dari eks kerajaan Sintang mampu menyedot ratusan ribu pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat.
Sejarah singkat keberadaan “Burung Garuda” di kerajaan Sintang merupakan salah satu barang hantaran dari Patih Logender dari kerajaan Majapahit untuk mempersunting Putri Dara Juanti dari kerajaan Sintang diperkirakan sekitar tahun 1401 M. Pada masa pemerintahan Putri Dara Juanti sebagai raja di kerajaan Sintang burung Garuda tersebut dijadikan sebagai lambang kerajaan Sintang. Untuk memperjelas bahwa lambang kerajaan Sintang berupa burung Garuda, maka pada tahun 1807 M, pada masa pemerintahan Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin menjadi raja Sintang, dibuatlah duplikat patung burung Garuda yang berukuran besar yang di pahat oleh seorang tokoh dari suku Dayak yang bernama Suta Manggala, menyerupai bentuk aslinya yang terdapat pada tiang gong dan yang dipinjam oleh Sultan Hamid II untuk merancang lambang Negara. Sebagai bukti sejarah patung burung Garuda yang berukuran kecil yang terdapat di tiang gong masih terawat dengan baik, walaupun ada sedikit kerusakan karena faktor usia dari bahan kayu untuk pembuatannya dan yang berukuran besar juga masih terjaga dan tersimpan rapi di istana kerajaan sintang.

Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia

Letak Kerajaan
Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.
Pendiri Dinasti
Diperkirakan Kerajaan Kutai berdiri pada abad 4 M prasasti tersebut didirikan oleh Raja Mulawarman. Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk yupa (tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta.
Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Kehidupan Kerajaan
Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut :
  • Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur
  • Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
  • Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya.
  • Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
  • Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
Masuknya Pengaruh Budaya
Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala suku.
Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.
Bangsa Indonesia mempunyai kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk pemujaan roh nenek moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman digunakan untuk menambatkan hewan kurban.
Pada prasasti itu juga diceritakan bahwa Raja Mulawaraman memerintah dengan bijaksna. Ia pernah menghadiahkan ± 20.000 ekor sapi untuk korban kepada para brahmana / pendeta. Dan dalam prasasti itu pun menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti, mengapa bukan ayahnya Kudungga yang menjadi pendiri dinasti tetapi anaknya Aswawarman? Hal itu karena pada saat itu Raja Kudungga belum memeluk agama Hindu, sehingga ia tidak bisa menjadi pendiri dinasti Hindu.
Dari Raja Aswawarman menurunlah sampai Mulawarman, karena Mulawarman pun memeluk agama Hindu. Hal itu diketahui dari penyebutan bangunan suci untuk Dewa Trimurti. Bangunan itu disebut bangunan Wapraskewara dan di Gua Kembeng di Pedalaman Kutai ada sejumlah arca-arca agama Hindu seperti Siwa dan Ganesa.
Bukti Peninggalan
Bukti sejarah Kerajaan Kutai ini adalah ditemukannya tujuh buah prasasti yang berbentuk Yupa (tiang batu)

RESENSI PERANG EROPA (JILID III)


JUDUL  BUKU                      : PERANG EROPA (JILID III)
PENGARANG                        : P.K. OJONG
TAHUN TERBIT                   : 2006
KOTA TERBIT                      : JAKARTA
PENERBIT                             : KOMPAS
JUMLAH HALAMAN           : 394

Persiapan Operasi Overlord
Kita telah mengikuti pendaratan Sekutu Inggris-Amerika di Afrikia Utara akhir 1942, kemudian pendaratannya di Pulau Sicilia, lalu di daratan Italiaa lewat pantai Anzio dan Salerno dalam tahun 1942. Kita pun telah mengikuti sukses Rusia mengusir tentara Nazi dari wilayah Soviet, sampai Tentara Merah memasuki Polandia dan mendaak berhenti di depan kota Warsawa karena membantu pemberontakan penduduk kota itu terhadap Jerman juga di Balkan terus terjadi pertempuran antara gerilya Tito dengan tentara Jerman.
Overasi Overlord merupoakan puncak dari seri-seri pertempuran yang terjadi dalam peperangan untuk mengalah kan Hitler, Mussolini, dan militer Jepang. Di mana-mana kekuasaan dan kekuatan pihak Poros/Axis sudah merosot. Marsekal Rommel telah dihalau dari Afrika Utara; ancamn invasi Jepang di India telah buyar, bahkan Inggris berniaty untuk menyerbu Burma yang digunakan Jepang sebagai pangkalan; dan Soviet Rusia telah bersih dari tentaa Nazi. Kini dalam bulan juli 1944 akan tercapai klimaks atau puncak dari peperangan besar ini, bukan lagi sekedar dengan menggerogoti pertahanan atau kekuatan Axis, melainkan untuk mematahkan pertahanan inti (inner defences) Jerman dan Jepang.
Namun meskipun Jerman telah lema, dan Sekutu semakin kuat, pelaksanaan Operasi Overlord tidaklah mudah. Pengambilan keputusan untuk melakukan operasi ini pun harus melewati perdebatan seru. Namun “perang mulut” ini terjadi di belakang pintu tertutup dan bau diketahui tatkala perang sudah selesai.
Keputusan dalam debat ini jatuh di Teheran, Iran, di mana dalam bulan Novembebr 1943 Churchill, Roosevelt, dan Stalin brundign. Ketikan Stalin mengetahui tentang adanya perbedaan pendirian di kalangan Sekutu itu, Stalin yang cukup cerdik mengelus-elus Roosevelt dan mengadu domba kedua pihak, Amerika dengan Inggris, secara halus. Sebab Stalin yang juga melihat jauh kedepan, sudah tentu tidak tenang kalu sekutu sampai mendarat di Balkan yang sudah di tentukan olehnya sebagai wilayah tempat ia akan menanamkan pengaruhnya setelaherang Dunia II berakhir.
Segera setelah Konferensi di Teheran selesai, maka atas desakan Stalin diumumkan dalam bulan Desember 1943, bahwa yang akan memimpin operasi pendaratan di Eropa Barat ialah Jenderal Dwight Eisenhower. Dengan diumumkannya nama ini, maka Stalin mendapa jaminan bahwa Sekutu Inggris-Amerika tidak akan berubah pendiria lagi. Sebagai imbalan, Stalin memberi janji akan menyatakan perang kepada Jepang, begitu Hitler sudah di kalahkan. Dengan janji ini Roosevelt girang sekali.
Apa arti pelabuhan ? Pelabuhan adalah sebidang laut yang tenang airnya, untuk memungkinkan kapal memuat atau menurunkan muatannya dekat apda dermaga (kade). Tujuan Sekutu tercapai: kedua pelabuhan buatan ini memungkinkan Sekutu mendatangkan senjata dan perbekalan lainnya dengan cepat, tanpa perlu merebut pelabuhan Cherbourg. Mulberry ini merupakan “suatu surprise yang komplet” bagi orang Jerman. “Mulberry ini telah mengacaukan seluruh rencana pertahanan yang disusun sejak awal oleh Jerman di Pantai Atlantik.

Menjelang Pendaratan Sekutu di Normandia
Kalau mengangkut hampir tiga juta manusia dari Inggris ke Prancis dalam waktu singkat di masa damai pun membutuhkan suatu organisasi raksasa, apalagi dalam waktu perang.
Hampir tiga juta manusia itu tidak datang sebagai pelancong, yang hanya menjinjing kopor pakaian. Bagi pasukan yang akan mendarat itu harus disediakan perbekalan, kendaraan perang seperti jeep, tank, truk, dan sebagainya. “Setiap individu dan setiap kendaraan telah menjadi bagian dari suatu jigsaw raksasa yang diberantakan ketika penyebrangan Selat Channel, tapi setiba di pantai Normandia harus disusun kembali dalam waktu singkat.
Ketika Inggris jauh sebelum D-Day sibuk mengumpulkan keterangan tentang pantai Perancis  yang akan menjadi sasaran, maka datanglah kabar dari seorang penasehat ilmiah staf Montgomery, bahwa pantai itu mengandung tanah liat. Tapi orang Inggris tidak putus asa. Rencana pendaratan tidak diubah. Mereka terus mencari akal. Seorang Inggris yang bernama Hobbart menciptakan sebuah alat baru. Dengan alat ini, maka setiap tank yang mendekati dan kemudian melewati tanah liat, dapat bergerak terus. Tetapi setelah lewat, tank istimewah itu meninggalkan semacam “tikar” dari baja, sehingga dengan adanya “tikar baja” ini maka tank-tank lain yang menyusul kemudian tidak kandas lagi di tanah liat itu.
Sekutu pun tidak tahu persis, apakah rahasia sekitar pendaratan ini (tempat dan tanggalnya) akan tetap terjaga sampai saat terakhir : Klau ini bocor, maka kemungkinaan Sekutu gagal akan lebih besar atau malaj pasti gagal. Makin dekat tanggal pendaratan, makin besar vpula ketegangan, akan dapatkah rahasia itu terpelihara terus? Pada tanggal 28 Mei barulah diberitahukan kepada sejumlah perwira tinggi bahwa D-Day adalah pada tanggal 5 Juli 1944. Mulai saat itu semua orang yang akan terlibat dalam pendaratan hari pertama, ‘disimpan” dalam kapal-kapal mereka atau dalam kamp-kamp tertutup. Segala hubungan dengan dunia luar diputus. Surat-surat dengan pos pun dihentikan.
Selesai tanya jawab keadaan menjadi sunyi senyap di ruang sidang itu. Tiada orang yang berani memecahkannya. Lima menit lamanya berlangsung keheningan itu. Jenderal Eisenhower pun sedang berpikir. Dalam keadaan tegang ia menimbang segala faktor. Akhirnya ia berdiri dan ketegangan lenyap dari mukanya. Dengan pendek ia berkata : “Well, we`ll go!” “Kita akan berangkat besok”.
Antisipasi Jerman Menghadapi Eisenhower
Dalam tulisan yang lalu telah kita ikuti persiapan Sekutu untuk mendarat di Normandia. Sebelum masuk pada pelaksanaan Operasi Overlord, kita melihat dulu apa yang terjadi dan diperbincangkan di kalangan Jerman untuk menyambut kedatangan Sekutu yang tidak diinginkan.
Perkataan ‘kedatangan yang tidak dinginkan” itu kedengarannya sangat wajar. Namun itu tidak seluruhnya benar. Ketika dalam bulan Desember 1943 Hitler melalui mata-matanya mendengar bahwa pertemuan Stalin-Roosevelt-Churchil di Teheran memutuskan untuk  membuka front baru di Eropa Barat pada permulaan tahun 1944, maka berita itu bukanlah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Hitler.
Pasukan tertinggi selain Hitler yang akna memimpin pasukan Jerman di Eropa Barat ialah Marsekal Gerd von Rundstedt, seorang Jenderal kawakan. Tapi yang akan melaksanakan pertahanana di Normandia adalah Marsekal Erwin Rommel, yang mendapat kepercayaan Hitler sebagai perwira Jerman yang paling populer waktu itu.
Normandia Diserbu dari Laut dan Udara 
Segera setelah Eisenhower pada pukul 04.15 pagi tanggal 5 Juni memutuskan : “Well, we`ll go!”, maka Operasi Overlord pun dilaksanakan. Operasi ampibi terbesar dalam sejarah, denga dukungan armada terdiri tak kurang dari 5.333 kapal perang, kapal pengangkut, termasuk kapal pendarat.
Para anggota pasukan yang merasa tidak enak badan menelan pil anti-mabuk laut. Suasana tegang terasa sekali. Instruksi atasan utuk menutup mulut, memegang rahasia pendaratan, begitu mengesankan, sehingga dikapal pun para prajurit hanya berbicara berbisik-bisik, seolah-olah takut terdengar oleh pihak Jerman.
Kini kita saksikan usaha pendaratan dari laut. Pantai Normandia dibagi-bagi dan diberi kode nama Utah dan Omaha untuk bagian yang didarati tentara Amerika, serta Gold, Yuno, serta Sword sebagai tempat sasaran serbuan divisi-divisi Inggris. ‘Yang pertama kutemukan adalah sebidang tanah datar yang hancur akibat penembakan meriam kapal perusak tadi. Tapi mana keenam meriam raksasa kaliber 155 mm itu? Tidak ada! Yang ada Cuma meriam tiruan dari....kayu! ternyata orang Jerman telah memindahkan meriam-meriam mereka memerapa hari sebelumnya D-Day ke suatu tempat lain, tapi belum sempat memasangnya. Menurut Bradley,  keenam meriam itu diketemukan dalam sebuah kebun apel, 1.200 yard dari tempat semula. Ternyata itu meriam Perancis yang panjang, mudah dipindahkan dan dapat menembak sejauh 20.000 yard. Dengan meriam itu baik  pantai Utah dan Omaha dapat dikuasai Jerman. Banyak peluru tersedia, tapi tak satu pun keburu dipakai. Meriam itu dihancurkan dan awaknya dibuat tak berdaya.
Demikianlah sukses gilang dari Letkol Rudder dan Ranger-nya. Kalau ia tidak berhasil dan meriam-meriam 155 mm itu tidak dipindahkan Jerman, dapat dibayangkan akibatnya terhadap Omaha dan Utah.              
Reaksi Jerman di Normandia Terlambat
Sebelum mengikuti perkembangan di front, kita mengintip sebentar di belakang layar untuk mengetahui pendirian sebagian Jenderal-Jenderal Jerman terhadap invasi Sekutu dan juga terhadap Hitler. Kita maksudkan adalah komplotan di tangan tentara Jerman untuk menggulingkan Hitler, yang sudah lama sebelum Eisenhower menginjak pantai Normandia dalam bulan Juni 1944. 
Pusat dari komplotan itu terdapat di kalangan staf umum (general staff), jadi dijantung pertahanan Jerman sendiri. Ini tidak mengherankan. Sudah dalam tahun 1938 Jenderal Ludwig Beck, Kepala Staf Umum Jerman sudah khawatir melihat dicaploknya Australia oleh Hitler. Beck juga tidak berhasil menahan agresi Hitler terhadap Cekoslovakia, sehingga dia berhenti dari jabatannya, atas permintaan sendiri. Peranan Beck diganti oleh Jenderal Franz Halder. Ia pun hendak mencegah bencana yang Hitler yang hendak letuskan. Suatu komplotan untuk merebut kekuasaan dari tangan Hitler tersusun tahun 1938. Seorang sipil, Dr. Goerdeler pun turut serta. Ia mantan Walikota Leipzig yang berhenti karena tidak mau membantu politik Nazi Hitler. Dalam bulan September 1938 “suasana umum untuk mengadakan coup d`etat  sangat baik. Pidato-pidato edan dari Hitler, ancaman-ancamannya yang gila terhadap Cekoslovakia, dan propaganda serta provokasi yang dilakukannya untuk membangkitkan gejolak kaum minoritas Jerman di Cekoslovakia semakin gencar dilakukan. Padahal semual soal minoritas Jerman itu hampir tak dikenal oleh publik di Jerman – semua ini melahirkan perasaan di kalangan rakyat Jerman ke dalam peperangan.
Hitler Datang ke Front Perancis
Jenderal Jerman Hans Speidel yang dikemudian hari menjadi pemimpin tentara Republik Federasi Jerman atau Jerman Barat, menilai bahwa dari tanggal 9 Juni, jadi hanya tiga hari setelah Sekutu mendarat di Normandia, maka “inisiatif terletak di tangan Sekutu”.
Tidak cukup tempat untuk menguraikan pertempuran kecil maupun besar yang berkembang sesudah tanggal 9 Juni itu. Cukup bila dikatakan, bahwa tujuan Sekutu kini semakin jelas bagi pihak Jerman. Pertama, Sekutu hendak memotong,  mengisolasi Semenanjung Contentin di mana terletak kota-pelabuhan Cherbourg. Kedua, Sekutu selanjutnya maju ke Paris. Kota ini ditilik dari kepentingan militer tidak penting, tetapi dari sudut psikologis nilainya tinggi sekali. Dalam sejarah Perancis terbukti bahwa pihak “yang menguasai Paris berarti menguasai seluruh Perancis”. Setrategi Hitler sampai sejauh ini hanyalah mementingkan pertahanan garis pertama di sepanjang pantai. Inilah yang selalu di tekankan dan di perkuat Hitler. Pertahanan bagian pedalaman dari Perancis tidak di perhatikannya. Garis pertahanan pertama itu menurut Hitler harus di pertahankan mati-matian, sehingga Sekutu tidak akan sanggup menerobos garis dari pantai itu. Hitler tidak mau menyediakan garis pertahanan lapisan kedua atau ketiga di bagian pedalaman Perancis, dengan timbangan berikut : “Begitu dibentuk suatu agris pertahanan baru di belakang front yang sedang menyala, maka jenderal-jenderal saya semuanya tebtu segera berpikir akan mundur ke garis pertahanan baru itu,” demikian pendapat Hitler yang nyata sekali mencerminkan ketidakpercayaan terhadap para Jenderalnya.
Pendaratan Sekutu di Perancis Selatan   
Pendaratan Sekutu yang kedua di Perancis terjadi pada tanggal 15 Agustus 1944. Masa tiga minggu sejak tanggal itu merupakan “salah satu babakan paling dramatis di medan perang Eropa”, yang dapat di bandingkan denagn masa genting dalam bulan Mei-Juni 1940 ketika Jerman menang terus-menerus dan Sekutu akan kehilangan akal serta kepercayaan dirinya.
Memang demikianlah keadaannya. Dalam tiga minggu dibalik Agustus itu di berbagai wilayah terjadi hal-hal yang menggoncangakn. Di perancis Utara, tentara Eisenhower menerjang ke arah sungai Rhine sampai di Belgia, setelah membebaskan dua ibu kota ; Paris dan Brussels. Di Italia, Jenderal Alexander menyerang dengan hasil-hasil awal yang baik. Di Perancis Selatan, divisi-divisi Amerika dan Perancsi mendarat di Timur Marseille dan maju cepat ke arah Lyon, untuk kemudian bertemu dengan tentara Sekutu yang mendarat di Normandia. Dengan peristiwa ini usailah sudah masa pendudukan Perancis oleh tentara Jerman. Di medan perang Eropa Timur; tentara Rusia dari Rumania menyerbu ke Yugoslavia, dan kemudian ke Bulgaria. Tegasnya, baik di barat, selatan (Italia) maupun di Timur, Hitler mendapat pukulan-pukulan hebat. Kini perhatian kita di perpusatkan pada perkembangan di Perancis selatan. Berlaina dengan pendaratan di Normandia, seaklia ini kedatangan Sekutu tidak merupakan kejutan, baik bagi Jeraman maupun bagi penduduk Perancis Selatan sendiri. Jauh hari sebelumnya, sudah tersiar kabar diantara penduduk sipil di Perancis Selatan, bahwa Sekutu akan mendarat pada ‘Hari Napoleon’, yaitu tanggal 15 Agustus.
Pembalasan Totaliterisme Hitler terhadap Invasi Sekutu        
Perang merupakan sesuatu yang terkutuk. Meskipun dilakukan dan dilaksanankan dalam garis-garis yang telah ditentukan oleh hukum perang, perang harus tetap dihukum. Akan tetapi bila garis-garis itu pun dilanggar, maka tak cukuplah istilah itu atau perbendaharaan kata-kata untuk menghukum tindakan demikian.
Dalam hubungan invansi sekutu di Perancis, kita akan meninjau dua tindakan Nazisme Jerman yang melanggar perikemanusiaan, yaitu kekejamannya terhadap penduduk sipil di Perancis, dan penggunaan senjata rahasianya, roket V-1,yang dilepaskan dari pantai Perancis Utara ke arah kota London sebagai pembalasn terhadap pendaratan Eisenhower.
Inti dari masalah ini adalah bahw totaliterisme Jerman bertolak dari pikiran pokok bahwa tindakan itu baginya merupakan bagian perang total, di mana bukan saja kaum militer, melainkan setiap benda dan setiap orang menjadi faktor atau memegang peranan untuk memenangkan atau membuat kalah dalam peperangan itu.


Komplotan Membunuh Hitler
Akhir tahun 1942, zaman kemenangan gilang-gemilang dalam politik dan kemiliteran sudah meninggalkan Jerman. Di Stalinggrad saja satu divisi lengkap dengan seorang marsekal, 24 jenderal, 2.500 perwira dan 90.000 prajurit menyerah dan ditawan tentara Rusia. Di Afrika Utara, gerak maju pasukan Rommel yang semula mengandung begitu banyak harapan, telah kandas dalam pertempuaran di E1 Alamein. Di Eropa Barat ancaman pendaratan tentara Sekutu makin hari makin terasa.
Dalam keadaan yang suram ini, hanya tinggal satu cara yang dapat menyelamatkan Jerman dari kemusnahan dan kekalahan total: Hitler dengan kawan-kawannya harus diakhiri.
Jauh sebelum ada tanbda-tanda keretakan dalam pusat kekuasaan Hitler, di kalangan tokoh militer angkatan lama sudah tampak gerajan yang berhasrat untuk merebut kekuasaan dari tangan Hitler, Gerakan ini berpusat pada kalangan perwira tinggi angkata darat pimpinan Jenderal Ludwig  Beck, mantan Kepala Staf Angklatan Darat Marsekal Erwin von Witzelben, dan Marsekal Walter von Brauchitsch, Panglima AD.
Jatuhnya Kota Paris
Bulan Agustus 1944 adalah bulan yang menentukan bagi dua ibu kota penting di Eropa, Warsawa dan Paris. Yang satu di Eropa Timur, yang lain di Eropa Barat. Kedua-duanya telah begitu lama diduduki oleh Nazi Jerman, dan kini dalam bula Agustus mengahadapi kemungkinan akan segera dibebaskan oleh tentara “bersahabat”. Di medan perang Timur, tentara Rusia sedang mendekati Amerika dengan cepat begerak ke arah Paris.
Akan tetapi sebelum pasukan pembebas tiba di kedua kota itu, penduduknya sendiri sudah berontak. Mereka tidak sabar lagi menunggu kedatangan bantuan dari luar. Dibalik kesabaran ini tersimpul suatu keinginan yang dapat dipahami, yaitu penduduk kedua ibu kota itu berkemauan berbuat sesuatu untuk pembebasan kota mereka sendiri.
Sampai disini masih berlaku hal-hal yang paralel antara Warsawa dan Paris, sampai kemudian terjadilah suatu perbedaan yang dramatis. Karena  sementara tentara Amerika yang mendekati Paris datang sebagai penolong, maka sikap tentara Rusia berlainan sekali. Tentara merah mendadak berhenti di  ambang pintu Warsawa dan membiarkan penduduk kota itu bertempur mati-matian sendiri dengan tentara Jerman.
Pemberontakan di Warsawa terhadap Jerman
Dalam tulisan terdahulu tentang gerakan bahwa tanah di Polandia menetang pendudukan Jerman, nyatalah ada perbedaan mencolok antara resistance (gerakan perlawnan bawah tanah) di Polandia dengan ini negara lain di Eropa. Perlawanan di Polandia sangat teratur, para patriot Polandfia mempunyai pemerintahan, parlemen, dan tentara di bawah pimpinan Jenderal Tadeusz Bor-Komorowski.
Di Polandia ini pula, pecahlah suatu yang tidak pernah terjadi di bagian lain di Eropa. Ketika tentara Jerman masih berkuasa, berontaklah gerakan perlawanan Polandia dengan bantuan segenap pendudukan sipil Warsawa. Berminggu-minggu lamanya [ertempuran  hebat di jalan-jalan kota Warsawa berlangsung, bahkan suatu waktu pemberontak berhasil menguasai bagian terbesar dari kota Warsawa.
Dari lamanya pertempuran itu, nyatalah bahwa Jerman menghadapi lawan yang kuat. Ini pun di akui oleh seorang Jenderal Jerman yang mengatakan, bahwa pemberontakan hanya bisa dipadamkan dengan susah payah sekali, dan bahwa akhirnya Jerman dapat memadamkan pemberontakan itu, sebabnya bukanlah karena Jerman lebih unggul, akan tetapi “terutama karena pihak Siviet Rusia  menolak membei bantuan kepada pemberontakan Polandia, meskipun permintaan akan bantuan itu telah diajukan.    
Pertentangan Strategi antara Ike dan Monty
Agustus 1944. Pertempuran di Normandia telah berakhir dengan kemenangan Sekutu Inggris-Amerika. Ibikota Perancis, Paris, teelah dibebaskan dalam bulan itu juga. Di Perancis selatan, dekat Marseille, tentara Amerika-Perancis telah mendarat (Operation Anvil-Dragoon) dengan hasil baik pada tanggal 15 Agustus dan kini menuju ke arah utara untuk bergabung dengan tentara yang mendarat di Normandia 6 Juni.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perancis telah bebas. Kita perhatikan dulu kekuatan Sekutu setelah merebut kota Paris. Organisasi ketentaraan Sekutu terdiri seperti berikut : dicisi terdiri dari beberapa ribu serdadu; beberapa divisi merupakan sebuah korsp; beberapa korsp merupakakn sebuah Tentara (‘Army” dengan huruf besar); dan beberapa (dalam hal ini dua) Tentara merupakan suatu “Army Group”, Grup tentara.
Army Group yantg ke-21 terdiri dari British Second Army di bawah Jenderal M.C. Dempsey dan Canadian First Army di bawah Jenderal H.D.G. Crerar, dan semua ini di bawah pimpinan Jenderal (kemudian Field-Marshal) Bernard Montgomery. Kekuatan Army Group ke-21 ini pada sayap kiri.
Arnhem, Kegagalan yang Disanjung
Dalam setiap peperangan sering kali sebuah nama tempat, betapa pun singkatnya, mengandung kisah dramatis karena penderitaan dan kesengasaraan. Begitu juga dalam Perang Dunia II ini. Di medan perang Pasifik beberapa nama seperti itu misalnya Guadacanal, Tarawa, dan Saipan. Di medan perang Eropa ada Stalingrad, Anzio, dan Arnhem, senuah kota di Belanda yang dalam bulan September 1944 menjadi pusat perhatian dunia.
Pada pertengahan September 1944, ketika pasukan infanteri Sekutu telah kembali wilayah Belgia, tapi belum sampai di wilayah Belanda, maka Montgomery dengan seizin Eisenhower sekaligus menurunkan tiga divisi pasukan payung, yaitu dua divisi Amerika dan satu divisi Inggris di wilayah Belanda, di antaranya dekat kota Arnhem.
Jerman sama sekali tidak menduga serangan dari udara secara besar-besaran ini. Ampai sejauh itu, kecualidalam tahapan awal pendaratan di Normandia pada tanggal 6 Juni 1944, Sekutu selalu bergerak maju dari darat saja. Kini secara mendadak Montgomery hendak mendobrak pertahanan Jerman di sekitar kota Arnhem dengan suatu “serbuan berani” lewat “operasi pendaratan dari udara yang terbesar dalam sejarah”. Penerjunan dilakukan oleh tiga divisi, yang berjumlah kira-kira 30.000 pasukan.
Arnhem adalah kekalahan Sekutu yang pertama semenjak pendaratan di Normandia permulaan Juni. Sesudah Normandia, Sekutu terus-menerus mencapai kemenangan. Tentara Jerman selalau terdesak, bahkan suatu waktu dapat dikatakan mereka melarikan diri dari Perancis lewat Belgia menuju negerinya sendiri. Pada tanggal 3 September ibu kota Belgia, Brussels, jatuh di tangan Sekutu. Besoknya, 4 September, Sekutu merebut kota pelabuhan Antwerpen dalam keadaan utuh. Barulah di Arnhemini Jerman berhasil mengubah ofensip Inggris-Amerikamenjadi suatu bencana. Sudah tentu hal ini menaikkan prestise dan menambah semangat Jerman.
Neraka Arnhem dari Hari ke Hari
Sebelum 17 September situasi pihak Jerman di Eropa Barat benar-benar terpukul payah. Sudah empat kali komando tertingginya diganti : Mula-mula Karl Rudolp Gerd von Rundstedt. Kemudian dia diganti karena gagal menghalau Sekutu ke laut. Penggantinya Gunther von Kluge. Ia pun tak berhasil menahan kemajuan Sekutu, maka diganti oleh Walther Model. (Von dalam hubungan pewrcobaan membunuh Hitler tanggal 20 Juli 1944, lalu bunuh diri). Marsekal Model pun tidak berhasil menahan ofensif sekutu. Jahtuhnya kota Antwerpen tanggal 4 September yang membuat Hitler marah. Dia lalu mengangkat lagi Rundstedt sebagai panglima tertinggi di Eropa Barat, sedangakn Marsekal Model diberi tugas memperhatikan Belanda (Army Group B). 
Kekalahan-kekalahan Jerman ini bukanlah karena kesalahan para panglimanya, melainkan seperti sudah kita ketahui, adalah karena kesalahan Hitler. Marsekal Model oleh pihak inggris umunya di puji kepandaiannya. Di bawah Model terdapat antara lain Jenderal Kurt Student, yang dulu menyusun rencana pemboman Rotterdam dan Kreta dalam bulan Mei 1941.
Markas Student pada tanggal 17 September kebetulan didekat desa vegel, hanya 13 km dari salah satu tempat di mana sejumlah pasukan payung Amerika di terjunkan. Waktu itu pukul satu siang, Student sedang dimeja kerjanya ketika mendadak bunyi gemuruh membuat dia keluar dari gedungnya. Dimana-mana tampak pesawat terbang. Ia akan ngeri akan kekuatan udara musuh yang begitu besar: lama ia memandang ke udara.
Dalam neraka yang berlangsung sembilan hari itu, pasukan Inggris di Arnhem disiksa hujam tembakan tank, meriam, mortir, dan penembak jitu Jerman. Tank-tank yang dikerahkan Jerman meskipun sudah tua modelnya, tapi tetap yank. Untuk menghadapinya Inggris tak dapat mengimbanginya dengan tank, karena belum ada yang tiba di Arnhem.
Jenderal Urquhart karena hendak mengetahui dari dekat situasi pertempuran, dia punmeninggalkan markas nya. Tetapi tak lama dia sendiri segera terjebak dan terlibat dalam pertempuran di jalan, yang mekmaksanya berlindung ke dalam luar penduduk di Zwarteweg no 14. Mereka tidak bisa keluar dari rumah itu, karena sudah terkurung. Untung nya pihak Jerman tidak mengetahui bahwa di rumah itu bersembunyi komandan divisiPayung ke-1.      
Kekurangan
Setelah saya membaca dari isi buku ini yang berjudul Perang Eropa, ternyata kekurangan buku ini tidak ada penulisan rangkuman atau kesimpulan dari setiap bab, karena keuntungan dari ada rangkuman ini pembaca bisa memahami dari seluruh inti dari setiap isi bab-bab yang ada pada buku ini.
Kelebihannya
Sedangkan kelebihannya terdapat kumpulan foto-foto perang dari peristiwa Perang Eropa itu tersebut. Dan tidak hanya dari itu saja bahkan foto-foto dari petinggi-petinggi dari angkatan perang juga ada terlampir dalam buku ini. Diantaranya seperti Jenderal-Jenderal, parajurit-prajurit, marsekal, dan sebagainya. Dari sisi lainnya terdapat juga gambar peta peperangan, sehingga kita sebagai pembaca bisa lebih mudah mengetahuia sistem bagaiman jalannya perang.